"Kakiku?!" Gadis semakin panik, "Aku kenapa?!" Ia memukul kakinya berkali-kali.
"Tenang. Kamu cuma keram." Lula berusaha menenangkan.
"Kalau keram terasa sakit, La!"
Lula menggendong Gadis menuju mobil. Ia sebetulnya juga khawatir, tapi bukan saatnya untuk menunjukkan emosinya itu. Lula harus terlihat kuat untuk Gadis yang sedang lemah.
"Apa aku perlu telpon Max?"
"Jangan .. Dia masih labil. Aku takut dia belum siap menerima ini."
"Tapi kondisi kamu sekarang begini, Dis. Dia harus tau.."
"Akan lebih menyakitkan jika masa depan dia harus hancur karna kepergianku, La."
"Ngomong apasih! Kamu sebentar lagi sembuh!"
Bisa-bisanya Gadis menenangkan orang lain padahal dirinya sendiri penuh dengan tekanan.
"Kepalaku sakit. Aku mau tidur sebentar."
"Jangan! Sebentar lagi kita sampai."
Gadis tidak memperdulikan ucapan Lula. Ia tetap bersandar dibahu sahabatnya. Meskipun sudah banyak cara Lula mengganggu Gadis, tetap saja ia tidak beranjak sampai akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
"Dis, kita udah sampai." Lula membangunkan Gadis, "Dis?"
Merasa tidak merespon apapun Lula pun segera menyuruh Willy untuk memanggil perawat. Tidak lama Gadis langsung ditangani dan masuk ruaang UGD.
'Kenapa tiba-tiba begini?!'
'Apa selama ini dia bersikap sehat-sehat saja?!'
Seharian penuh Lula menunggu hasil test dokter. Banyak kerusakan organ penting dalam tubuhnya sehingga harus melakukan berbagai macam test. Karna dirasa harus menginap untuk menjaga Gadis, Lula meminta Willy mengambil beberapa pakaian ganti untuknya.
"Kamu pihak keluarganya?"
"Iya."
Lula pun dipersilakan masuk ke ruangan untuk bicara mengenai kesehatan Gadis. Suasana ruangan dipenuhi dengan ketegangan.
"Apa sebelumnya Gadis punya kelainan hati dari lahir?"
"Enggak, dok."
"Apa dia pernah keracunan sebelumnya?"
Lula teringat dengan cerita Gadis mengenai rencana menjengkelkan ibu tiri Max yang mengancam dirinya untuk segera putus.
"Waktu dulu dia pernah pingsan setelah makan di restaurant, tapi dokter di sana bilang itu obat tidur dosis tinggi. Apa ada kaitannya dengan kondisinya sekarang?" jawab Lula.
"Saya rasa itu bukan obat tidur tapi racun. Saya gak tau kenapa dokter itu menyembunyikan hal tersebut. Tapi yang pasti beberapa organ vital Gadis rusak."
"Organ vital ...?"
"Sederhananya organ hati Gadis tidak berfungsi sempurna sehingga merembet penimbunan cairan diotak dan itu menyebabkan pembengkakan dalam otaknya. Beberapa gejala seperti sakit kepala, muntah darah sampai lumpuh sudah terlihat. Kemungkinan untuk pudar ingatan dan indra bisa saja terjadi."
Lula tak berkutik. Ia bahkan merasa nafasnya seperti berhenti sejenak mendengar kondisi Gadis sekarang.
"Gadis bisa bertahan sejauh ini bisa saya bilang adalah keajaiban."
"Jadi maksud dokter?"
"Saya, begitupun juga Gadis pasti akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhannya. Tapi secara medis .."
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks A Latte [END]
RomanceNamanya Allula Gladis, biasa dipanggil Gadis. Seorang barista paruh waktu yang sebetulnya menghabiskan seluruh hidupnya untuk cafe tempat ia bekerja. Suatu hari, cafe nya mendapat pelanggan sekelompok anak muda. Itulah awal dari bertemunya Gadis den...