19. Cerita Iceland : Hari Ketiga

593 73 19
                                    

Pelabuhan pertama dari perjalanan mereka hari ini berada di Geiser Strokkur. Geiser merupakan fenomena yang sangat jarang ditemui di belahan dunia. Itu semacam mata air panas yang menyembur secara periodik. Tapi bagi Gadis itu terlihat seperti ledakan miniatur bom nuklir yang amat kecil dibanding yang aslinya.

 Tapi bagi Gadis itu terlihat seperti ledakan miniatur bom nuklir yang amat kecil dibanding yang aslinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong lepasin." pinta Max kepada Quin yang dari awal bertemu sudah menempel padanya.

"Nanti kalo aku jatuh gimana?"

"Aku juga ikutan jatuh. Mending kamu pegangan sama Kelvin." risih Max.

"Kamu cemburuan ternyata." goda Quin.

"Quin, kamu gak punya pacar?"

"Max kan pacar aku."

"Kamu gak bisa gini terus. Aku punya orang yang aku sukai. Dan seharusnya dia ada di posisimu yang sekarang ini."

"Emang kamu yakin, orang yang kamu suka itu akan di sukai orang tuamu juga?"

Max diam, ia juga tidak tau bagaimana reaksi kedua orang tuanya mengenai Gadis.

"Orang yang terlahir dari keluarga kaya raya seperti kita itu hidupnya dicukupi dan dikutuk secara bersamaan, Max."

"..."

"Aku juga tidak suka dengan perjodohan ini. Tapi aku belajar untuk menerima bahwa harta yang kamu miliki harus ditukar sebanding harganya, yaitu kebebasanmu untuk menaruh perasaan kepada seseorang."

"..."

"Aku harap kamu belajar mencintaiku, Max. Sama sepertiku dulu yang belajar menerima kamu dan pada akhirnya berhasil jatuh cinta denganmu." senyum Quin.

Max menatap wajah Quin. Tidak ada yang berubah dengan dirinya dari dulu. Ia masih memakai mata jujur dan senyum yang hangat itu. Max tidak tau harus merespon apa. Memang benar apa yang dikatakan Quin, tapi satu sisi dia tidak setuju bahwa hak memilihnya harus dirampas.

"Permisi! Permisi!"

Sam dan Nathan berlari pelan melawati sela-sela mereka berdua.

"Maap pak, kita lagi joging terus bapak ibu ngalangin jalan saya." ucap Sam saat sudah berhasil memisahkan Max dan Quin.

"Kan bisa lewat samping!" Quin kesal.

"Stangnya udah ke setting gak bisa belok!" balas Nathan.

"Lagian ini tempat joging, bapak ibu kalo mau pacaran jangan di luar " sindir Nathan.

Thanks A Latte [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang