Keempat anaknya yang sedang menonton film bersama menjadi pemandangan indah untuk Kimbum sekarang. Rasanya ia tidak mau masuk dan merusak suasana, Kimbum hanya ingin melihat kebersamaan ini selamanya.
Setelah menikmati pemandangan itu cukup lama, Kimbum memutuskan untuk masuk. Karena ia harus memberitahukan sesuatu pada Lisa.
"Annyeong," sapa Kimbum tersenyum.
"Sedang nonton apa, hm?" Tangan besarnya mulai membelai lembut surai Anak bungsunya.
"Drama Korea. Lisa bilang dia belum pernah menontonnya sama sekali." Sahut Jisoo mewakili.
"Benarkah? Lisa sama sekali tidak pernah menonton drama Korea? Padahal ini terkenal sekali."
"Iya, selama ini aku hanya menonton film atau drama Perancis. Hanya pernah sekali sepertinya, saat aku tidak sengaja melihat Eomma dan Appa menontonnya bersama." Tutur Lisa tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.
"Ah, benar. Besok Lisa sudah boleh pulang. Hasil pemeriksaannya bagus jadi kata Dokter kau tidak perlu dirawat di sini lagi." Jelas Kimbum.
Jisoo, Jennie, dan Rosie langsung berseru meriah. Padahal yang akan pulang adalah Lisa, tapi mereka yang sepertinya lebih bahagia.
"Semua barangmu sudah dibawa kembali ke rumah. Jadi penginapan itu sudah kosong." Lisa mengangguk paham.
"Gomawo, Appa."
"Tidak masalah, Sayang."
"Appa, boleh aku minta tolong?"
"Tentu saja. Ada apa?"
"Jangan beritahu Eomma, Kakek, atau Nenek tentang kejadian ini. Suasana di sana sedang tidak baik, aku tidak mau membuat mereka semakin pusing dan stress."
"Lisa tapㅡ"
"Unnie." potong Lisa langsung saat Rosie hendak menyerukan ketidak setujuannya.
"Jebal... "
"Arraseo," putus Kimbum akhirnya.
"Appa."
"Gwaenchana, Jennie-ya. Ada Appa, Eomma, dan kalian yang bisa menjaga Lisa di sini. Kita juga mampu mengurus dan merawat Lisa sampai benar-benar sembuh."
Pasrah, akhirnya Jennie setuju saja. Walau sebenarnya ia sedikit tidak setuju karena sebagai Ibu kandung Lisa, Sookyung berhak tahu keadaan Lisa yang sesungguhnya.
*****
Di depan ruang rawat Yangim, Jiyong berdiri sembari bersandar pada tembok. Pria paruh baya itu tengah bertelepone dengan orang.
"Kau yakin sudah melakukan tugasmu dengan baik?" Suara rendah yang mengintimidasi itu terdengar.
"Yakin, Tuan."
"Sesuai dengan target, kan?"
"Iya, Tuan."
"Bagus. Bayaranmu sudah diberikan, setelah ini anggap saja kita tidak saling mengenal."
Jiyong mematikan ponselnya setelah selesai berbicara. Sesegera mungkin ia menghapus jejak percakapannya dengan orang suruhan itu. Bukan karena takut ketahuan oleh polisi, tapi ia lebih takut ketahuan oleh keluarganya.
"Appa," panggilan pelan itu menyapu pendengaran Jiyong.
"Ada apa, Sayang? Kenapa wajahmu pucat seperti itu?" Jiyong mulai panik. Wajah Sookyung kini sangat pucat dengan bulir keringat yang memenuhi pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...