36. Swearing

2.9K 506 26
                                    

Kepulangan Lisa hanya disambut oleh rumah yang kosong. Padahal sudah malam, tapi suasana rumahnya terasa sangat sepi.

Kaki jenjangnya melangkah perlahan menuju kamar. Lisa ingin segera membersihkan dirinya dan tidur, ia sangat lelah sekarang.

Namun belum sampai ke kamarnya, langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar Jennie yang terbuka sedikit. Lisa diam di sana, mendengar suara tawa lepas dari dalam, hati Lisa menghangat.

"Aku bisa tertidur di sini jika mereka tertawa semalaman."

Senyum lelah itu terbit menghiasi wajah Lisa. Lisa menjatuhkan pantatnya ke atas lantai dan bersender pada tembok di sebelah pintu kamar Jennie. Gadis itu hanya diam sembari sesekali ikut tertawa walau pelan.

"Bagaimana bisa kucing mengalahkan harimau. Ada-ada saja, dasar." Lisa tertawa kecil mendengar lelucon yang dibuat Rosie.

Klak!

"Lisa?"

Tubuh kurusnya terlonjak kaget karena tiba-tiba saja Jisoo keluar dari kamar dan mendapatinya yang terduduk di depan sana. Lisa langsung berdiri dan bergerak gelisah, entah harus bagaimana.

"Kenapa duduk di situ?" Tanya Jisoo bingung.

"Aku?"

"Iya, kau."

"I-itu, aku sedang mencari barangku yang terjatuh tadi." Elak Lisa gugup. Ia tertangkap basah.

"Benarkah?" Lisa mengangguk yakin.

"Kalau begitu aku ke kamar dulu. Selamat malam, Unnie."

Jisoo diam menatap punggung Lisa yang semakin mengecil dari pandangannya. Tentu saja Jisoo tahu Lisa bohong, mana ada orang yang mencari barang jatuh tapi hanya duduk sambil memejamkan matanya seperti Lisa tadi.

"Syukurlah dia baik-baik saja." Bukan tanpa alasan, Jisoo sempat melihat Lisa tertawa kecil tadi. Itu membuatnya merasa tenang.

Sebenarnya bukan baik-baik saja, tapi Lisa hanya berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Gadis itu sudah cukup lelah dan jenuh dengan semua yang ia hadapi, jadi ia tidak mau menambah beban baru jika menunjukkan sisi rapuhnya pada orang lain.

*****

Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Jennie keluar dari kamarnya dengan sebuah kotak kecil. Gadis itu tidak bisa tidur tenang karena pikirannya penuh.

Melangkah tanpa menimbulkan suara, Jennie membuka pelan pintu kamar adik bungsunya. Cahaya remang langsung menyambut Jennie, ditambah dengan bau aroma terapi yang menenangkan dirinya.

"Aigoo~" Jennie berseru gemas melihat posisi tidur Lisa yang tak beraturan.

Perlahan Jennie duduk di sisi ranjang Lisa dan memandang lama wajah damai adiknya itu.

"Cantiknya adik Unnie." Tangannya bergerak merapihkan rambut Lisa yang berantakan.

Jennie tersenyum puas menatap wajah Lisa. Namun senyumnya luntur saat mendapati luka-luka yang ia lihat kemarin. Luka yang masih menjadi misteri dari mana datangnya bagi ketiga gadis Kim lainnya.

"Apa yang terjadi, Sayang?" Tanya Jennie lirih. Air matanya jatuh begitu saja melihat wajah Lisa yang babak belur.

"Kenapa kau masih bisa tersenyum seolah tak ada yang terjadi? Kenapa kau begitu kuat?"

Tanpa sadar Jennie meremas pelan tangan Lisa. Begitu banyak hal yang ditutupi dan ditanggung oleh Lisa sendirian.

Jennie menonton siaran langsung Lisa dan tentu saja ia tahu apa yang terjadi. Dari Lisa yang berusaha menutupi rasa sakitnya, sampai pertanyaan kurang ajar yang diajukan media.

Different [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang