15. Agree

3.3K 534 24
                                    

Gadis bermata kucing itu begitu bersemangat padahal masih pagi. Ketika baru membuka matanya, Jennie langsung berlari ke kamar mandi dan membasuh dirinya.

Kemarin Joohyun bilang kalau pagi pagi ini akan ada rapat untuk membahas konsep iklan kosmetik yang Jennie dapat tempo lalu.

"Kau sudah sarapan?" Tanya Joohyun sesaat setelah Jennie duduk di kursi penumpang sebelahnya.

"Belum. Aku terlalu bersemangat sekarang, jadi tidak ada waktu untuk sarapan." Jawab Jennie sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Ingin sarapan dulu? Masih ada waktu." Tawaran Joohyun dibalas gelenggan oleh Jennie. Akhirnya Joohyun setuju saja dan melajukan mobilnya menuju agensi.

Matahari belum sepenuhnya terbit. Mata Jennie menatap takjub pada beberapa gedung mewah yang ia tahu merupakan rancangan dari adik pertamanya, Rosie.

"Bukankah adikku hebat? Lihat gedung-gedung itu, semua rancangannya." Tatapan Joohyun mengikuti apa yang Jennie maksud.

"Dia hebat, sama sepertimu." Sahut Joohyun jujur.

Jennie tersenyum manis,
"Adik bungsuku juga hebat. Walaupun terkadang kami masih sedikit canggung, tapi aku yakin sebentar lagi kami akan menyatu sepenuhnya."

Tak lama mobil yang kedua gadis itu tumpangi berhenti di depan gedung agensi. Baik Jennie maupun Joohyun berjalan memasuki gedung itu dan naik ke lantai atas.

Joohyun dan Jennie masuk ke ruang CEO, untuk menyapa sekaligus membahas beberapa hal mengenai iklan ini.

"Jennie-ya, kau sudah datang rupanya." Sapa sang CEO saat Jennie dan Joohyun masuk.

"Nde, Daepyonim."

Setelah duduk di sofa, Jennie dan Joohyun tetap setia tersenyum sebagai tanda hormat. Berbeda dengan CEO mereka yang wajahnya terlihat gelisah dan khawatir.

Menyadari itu, Joohyun akhirnya bertanya.
"Daepyonim, apa semua baik-baik saja?"

Helaan napas berat itu terdengar, membuat Joohyun semakun gusar. Namun berbeda dengan Jennie yang masih terlihat tenang.

"Tentang iklan itu... "

Senyuman Jennie semakin mengembang saat CEO-nya membahas tentang iklan yang Jennie tunggu-tunggu.

"... Mereka membatalkannya."

Bayangkan bagaimana ekspresi dan perasaan Jennie saat ini. Jantungnya berpacu lebih cepat, ditambah dengan senyuman manis yang terpatri sejak pagi tadi perlahan menghilang.

"Kenapa tiba-tiba? Mereka tidak bisa melakukan ini. Kita sudah sepakat kemarin kalau Jennie yang akan membintangi iklan itu." Seru Joohyun tak terima.

"Arra, Saya juga kaget saat mendengarnya. Mereka bahkan rela membayar ganti rugi atas semuanya." Tak kalah frustasi, CEO agensi juga bingung sekarang.

"Kita harus angkat masalah ini ke media! Mereka sangat tidak profesional padahal mereka adalah brand besar."

"Ani,"

Joohyun yang membara terdiam mendrngar suara Jennie. Gadis berpipi mandu itu sudah terlihat tak bersemangat. Tak ada lagi senyum di bibirnya, hanya ada air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.

"Jennie-ya,"

"Gwaenchana. Kita sudahi saja semuanya, ya? Aku lelah, ingin pulang." Kaki mungilnya perlahan melangkah meninggalkan ruangan itu.

"Aku akan menyusul Jennie. Permisi, Daepyonim." Joohyun membungkuk lalu berlari mengejar Jennie.

Dengan segala drama dan rayuan, akhirnya Jennie pasrah saat Joohyun menyeretnya ke mobil untuk mengantarnya pulang. Padahal sebelumnya Jennie ingin pulang sendirian.

Different [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang