Rosie mengapit ponselnya antara telinga dan pundaknya, sedangkan kedua tangannya sibuk menandatangani dokumen yang baru saja diberikan.
"Hasil tes forensik?" Gadis itu terdiam sejenak, berusaha mengingat hal itu.
"Iya, Nona. Beberapa bulan lalu Anda mengirimkan tisu dengan bercak darah pada forensik. Hasilnya sudah keluar sejak bulan lalu, tapi Anda sulit sekali dihubungi jadi hasilnya tertahan di sini."
Sekarang Rosie ingat. Ia memang membawa tisue dengan bercak darah yang ia temukan di ruang kerja Suwon ke Forensik melalui temannya yang bekerja di sana. Namun hal itu ia lupakan begitu saja karena proyek besar yang ia tangani sekarang cukup menyita seluruh waktunya.
"Ah, benar! Maaf aku lupa."
"Tidak apa. Jadi hasilnya bisa diambil sekarang atau tidak? Kalau tidak bisa diambil, berikan saja alamat Anda, biar pihak kami yang kirimkan hasilnya."
"Tidak, jangan. Terlalu beresiko jika orang lain yang menerimanya. Saya masih sibuk sekarang, bisa tolong simpankan dulu? Kalau ada waktu nanti, saya langsung ambil ke sana."
"Kalau begitu, baiklah. Terima kasih."
Tanpa pikir panjang, Rosie mematikan panggilannya sepihak dan melempar asal ponselnya di atas tumpukkan kertas lalu melanjutkan pekerjaannya. Tentang hasil forensik itu, seketika Rosie melupakannya.
"Chanyeol-ah, siapkan mobil dan kita berangkat untuk meeting sekarang."
****
Ada kalanya rasa hampa menyelimuti satu ruang dalam hati Lisa. Ia merasa tujuan Suwon membawa Sookyung ke Korea bukan sepenuhnya sebagai hadiah untuknya, tapi sebagai salah satu malapetaka baru yang tidak Lisa duga.
Terhitung sudah seminggu Sookyung berada di Korea, dan selama itu juga, suasana rumah nampak berbeda. Jisoo, Jennie, dan Rosie seperti biasanya pergi bekerja sejak pagi, karena memang pekerjaan mereka mengharuskan mereka untuk pergi ke kantor.
"Eomma sudah bilang padamu untuk selalu merapikan pakaianmu setidaknya sebulan sekali, Nak."
Lisa menoleh, menampilkan Sookyung yang sedang sibuk merapikan lemari bajunya yang tidak terorganisir. Walau pekerjaan Lisa bisa dilakukan dari rumah, tapi gadis itu tetap saja sibuk.
"Ini juga berantakan. Kenapa obat-obatanmu banyak sekali? Ini semua vitamin?" Mendengar itu Lisa langsung bangkit dan menutup laci obat yang sedang Sookyung lihat.
"Hanya berjaga-jaga. Takutnya aku membutuhkan obat-obatan itu. Semua itu hanya obat biasa." Lisa membawa Sookyung untuk duduk di atas kasur. Ada banyak hal yang menghantui Lisa beberapa hari ini.
"Eomma,"
"Hm?"
"Apa Eomma bahagia selama ini?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Ada rasa bingung saat Lisa bertanya seperti itu. Karena selama ini Sookyung selalu menunjukkan kalau dirinya bahagia dan baik-baik saja.
"Jawab saja, Eomma."
Helaan napas terdengar. "Tentu saja Eomma bahagia. Selama ada Lisa, Eomma akan baik-baik saja."
"Bagaimana dengan Appa? Kau bahagia selama hubungan kalian masih terjalin? Kenapa Eomma masih mau bertahan padahal Appa tidak peduli."
Mendadak, napas Sookyung tercekat. Ia tidak pernah berpikir kalau Lisa akan memikirkan hal ini. Saat ini Sookyung tersadar, kalau anak yang ia anggap masih kecil itu sudah tumbuh dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
ФанфикMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...