Kaki Lisa menginjak pedal gas mobilnya sembari bersenandung riang. Di kursi sebelahnya, ada Jennie yang duduk sembari memegang ponsel dengan GPS dan dikursi belakang ada Jisoo dan Rosie yang sibuk menghabiskan camilan.
Rencananya, hari ini mereka berempat ingin jalan-jalan sebelum kembali disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang menyita waktu mereka.
"Ya! Ya! Belok kanan! Lisa-ya, fokus. Kalau tidak biar Unnie yang menyetir."
Sejak Lisa menjalankan mobilnya tadi, perasaan gusar tidak henti menghantui Jennie. Dibalik santainya sikap Lisa saat menyetir, ada jantung Jennie yang diuji ketahanannya. Jisoo dan Rosie juga hanya duduk manis serta bersantai di kursi belakang.
"Aniya, hari ini aku yang akan menyetir sampai tujuan. Kalian hanya perlu duduk santai dan menikmati perjalanan panjang kita." Ujar Lisa bangga.
"Arraseo. Kalau begitu Unnie bisa tidur dulu sekarang." Kalimat santai Jisoo membuat Jennie gelagapan.
"Tidur apanya! Unnie jangan tidur! Tolong aku." Rengek Jennie. Sepertinya memang hanya dirinya yang tidak bisa duduk santai sekarang.
"Santai saja, Unnie. Percaya saja pada Lisa, dia pasti akan membawa kita sampei ke tempat tujuan. Kau ingin makan camilan, Unnie?" Tawar Rosie.
"Tidak. Terima kasih."
Perjalanan tetap berlangsung seperti biasanya. Lisa menyetir sembari bernyanyi, Jennie mengarahkan jalan, Jisoo dan Rosie memakan camilan. Terasa begitu menyenangkan seperti karyawisata saat sekolah.
Hingga sebelum memasuki tol, napas Lisa tercekat dan dadanya terasa begitu sakit. Lisa meremas kuat setirnya, berharap bisa mengurangi rasa sakitnya, namun nihil. Saat ingin meraup oksigen, dadanya malah semakin sakit dan membuatnya terbatuk-batuk.
Manyadari itu, Jennie menatap wajah pucat Lisa khawatir. Jennie memegang tangan Lisa yang terasa begitu dingin.
"Lisa-ya, wae geurae?" Jennie panik.
"U-unnie..." terdengar seperti lirihan, Lisa berusaha berbicara.
"E-eoh, Unnie di sini. Ada apa?"
Lisa memukul setir beberapa kali, membuat Jisoo dan Rosie yang sedang tertidur akhirnya terbangun.
"Ada apa?" Tanya Rosie bingung. Matanya masih sayup-sayup terbuka.
Tiba-tiba saja Lisa menginjak rem secara mendadak, membuat tubuh mereka terdorong ke depan. Wajah Lisa sudah memerah seperti orang kehabisan napas.
"K-keluar." Suaranya pelan, tapi begitu tegas seperti perintah.
"Nde?" Katakan pada Jisoo kalau ia tidak salah mendengar perkataan Lisa.
"Keluar, kubilang." Suara Lisa rendah dan dingin, membuat mereka membeku.
"Tapi kenapa? Kita belum sampai." Seru Rosie.
"Persetan dengan berpergian! Keluar dari mobilku sekarang!"
Mendengar bentakkan Lisa tentu saja membuat mereka sangat terkejut. Tapi anehnya tubuh mereka otomatis bergerak menaati perintah Lisa tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut ketiganya.
"L-lupakan soal berpergian. Pulanglah naik taksi, maaf." Setelah mengucapkan itu, Lisa pergi bersama mobilnya. Meninggalkan ketiga kakaknya yang berdiri kaku dipinggir jalan.
"Sebentar, aku masih belum paham dengan situasi ini." Jennie yang pertama bersuara setelah hening selama semenit.
"Jadi... Lisa membentak kita dan meninggalkan kita dipinggir jalan?" Simpul Rosie dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...