35. It's Not Her Fault

3.1K 515 13
                                    

Pagi-pagi sekali Lisa terbangun. Bahkan matahari saja belum terbit, tapi gadis itu sudah selesai membasuh dirinya. Setelah keluar dari kamar mandi, Lisa berjalan ke arah kaca untuk menggunakan produk perawatan kulitnya.

Hari ini Lisa harus menghadiri acara penerbitan buku barunya. Lisa tahu respon dari para penggemar dan pembaca setianya sangat bagus, karena media banyak mengabarkan tentang terbitan terbaru buku Lisa ini.

Setelah berdiri di depan kaca, Lisa terdiam melihat wajah dan tubuhnya sendiri. Gadis itu menghela napasnya lalu memejamkan matanya.

Belum genap satu hari sejak kejadian itu, wajar saja jika luka-luka di tubuh dan wajahnya masih terlihat sangat jelas.

"Heish! Kenapa lukanya belum kering juga." Gadis itu berdecak kesal. Luka lebam itu sangat menganggunya.

Namun, Lisa tidak mempedulikan keadannya, yang ia khawatirkan adalah bagaimana ia akan muncul di publik dengan penampialnnya seperti ini. Akhirnya sebuah ide muncul di benak Lisa.

Gadis itu menggunakan kemeja hingga kerahnya menutupi seluruh bagian lehernya dan luarnya ia balutkan dengan mantel panjang berwarna cokelat muda.

"Jangan lupakan kacamata hitam dan make up untuk menutupi semua luka ini." Setelah selesai, Lisa tersenyum puas menatap dirinya dari pantulan kaca.

Lisa sudah tidak mempedulikan penampilannya yang akan terlihat aneh. Yang ia pikirkan adalah cara menutupi semuanya hingga media dan Sookyung tidak tahu keadaan Lisa yang sebenarnya.

Gadis berponi itu keluar dari kamarnya setelah berkutat dengan penampilannya selama hampir satu jam. Melangkah keluar rumah dan tentu saja melewati ruang makan dan ruang tamu.

Sebelum Lisa membuka pintu utama untuk pergi, langkahnya terhenti saat menyadari ada Jennie dan Rosie yang sedang memperhatikannya.

Lisa sempat menatap mereka sejenak, tapi ia langsung mengalihkan pandangannya dan setelah membungkuk sedikit, Lisa pergi dari rumah itu.

*****

Pagi ini memang Rosie terbangun setelah terjaga semalaman. Tentu saja penyebabnya hanya satu, Lisa. Memikirkan bagaimana keadaan Lisa dan apa yang terjadi pada gadis itu membuat Rosie sulit memejamkan matanya.

"Apa Lisa sudah bangun? Apa dia bisa tidur semalam? Apa lukanya sangat parah? Lalu apa yang terjadi padanya?"

"Dari pada bicara sendiri, lebih baik kau ke kamarnya sekarang." Ucap Jisoo. Ketiganya memang tidur di kamar Rosie semalam. Tak jauh berbeda, rasa khawatir itu menyelimuti mereka semalaman.

"Haruskah? Kupikir aku akan pingsan karena khawatir."

Jennie menggeleng lelah. Adiknya itu sungguh aneh dan berlebihan. Walaupun Jennie juga merasakan hal yang sama dengan Rosie.

"Aku akan masak untuk sarapan, ada yang bisa membantuku?" Melihat Jisoo yang langsung pura-pura tidur, Rosie akhirnya ikut dengan Jennie untuk masak.

"Selamat bersenang-senang." Rasanya ingin sekali Rosie memukul Jisoo, namun ia tahan.

"Jadi, apa yang kau masak, Unnie?"

"Tentu saja kesukaanmu."

"Benarkah? Apa itu?" Memang terlalu banyak makanan kesukaan Rosie.

"Lihat saja nanti." Senyuman itu muncul, membuat Rosie semangat.

Namun baru saja hendak memasuki dapur, langkah keduanya terhenti saat melihat Lisa yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Lisㅡ" cekalan pada tangannya membuat Rosie berhenti. Jennie menggeleng pelan, pertanda Rosie harus diam.

"Kita perhatikan dia dulu." Rosie mengangguk paham.

Different [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang