Semenjak kedatangan Jiyong, perasaan Kimbum tidak pernah tenang. Pikirannya melayang memikirkan apa yang akan terjadi pada ayahnya dan dirinya. Kimbum tahu persis orang seperti apa Jiyong itu dan hal itu yang membuatnya takut.
"Apa yang kau pikirkan dari tadi?" Hyeyoung datang dengan segelas kopi lalu duduk di sebelah Kimbum.
"Menurutmu, apa yang akan Abeoji lakukan padaku?" Tanya Kimbum khawatir. Pertanyaan Kimbum membuat dahi Hyeyoung berkerut.
"Kau... Memikirkan itu?" Ada nada tidak percaya yang terdengar dari Hyeyoung.
"Tentu saja. Bagaimana jika pencalonanku gagal karena masuk penjara? Aku sudah bekerja keras untuk bisa sampai titik ini, Hyeyoung-ah."
"Di saat seperti ini kau masih memikirkan pencalonan sialan itu? Anakmu baru saja meninggal, Kimbum! Bahkan tanahnya belum kering! Kau masih dengan bodohnya memikirkan hal seperti itu di saat keluarga kita sedang berduka hebat. Bahkan anak-anak sangat terpukul!"
Kimbum membuang napasnya. "Aku tahu, Hyeyoung. Aku juga terpukul dan berduka, tapi bukankah kita tidak boleh berlarut? Kita harus move on dan melanjutkan hidup."
Napas Hyeyoung memburu mendengarnya. Amarahnya memuncak bahkan kepalanya sampai panas. Ia seperti tidak mengenal suaminya sendiri saat ini. Banyak umpatan yang tertahan dilidahnya.
"Kau benar. Tapi kau baru pantas melakukan itu saat kau sadar di mana letak kesalahanmu! Otakmu itu isinya apa, Kimbum? Apa kau tidak punya rasa empati sedikit saja pada anakmu yang baru pergi?"
Terdengar aneh saat Hyeyoung lebih sedih dan terpukul dengan kepergian Lisa yang bukan anak kandungnya dari pada ayah kandungnya sendiri.
"Jangan harap aku akan memihakmu saat polisi menangkapmu nanti sebelum kau sadar dan berkaca dengan dirimu sendiri."
Hyeyoung hendak meninggalkan suaminya sendirian di ruang tamu, namun kedatangan Sookyung membuat langkah Hyeyoung terhenti.
"Sookyung?" Sookyung tersenyum tipis sebagai jawaban. Wajah pucat dan mata sembabnya sangat tercetak jelas.
"Aku datang untuk membereskan barang-barang Lisa di kamarnya. Aku akan membawa semuanya kembali ke Perancis." Jelas Sookyung.
Hyeyoung mengangguk. "Ayo, biar aku bantu."
Tanpa menyapa Kimbum, Sookyung masuk ke kamar Lisa untuk membereskan barang-barang gadis itu, dibantu oleh Hyeyoung. Setiap benda di sana membuat air mata Sookyung mendesak untuk keluar. Ia begitu merindukan anaknya.
"Pasti berat untukmu, Sookyung-ah."
"Tidak ada yang lebih menyakitkan dari kehilangan anak kita sendiri, Hyeyoung." Sahut Sookyung pelan.
"Maafkan aku karena kurang menaruh perhatian lebih pada Lisa. Maaf karena aku tidak bisa menjaganya dengan baik selama dia di sini." Hyeyoung menunduk menyesal. Sookyung mendekat dan mengelus punggung Hyeyoung lembut.
"Bukan salahmu, Hyeyoung. Seharusnya aku yang meminta maaf karena masuk ke dalam keluarga ini."
Kedua wanita itu kembali membereskan barang-narang Lisa hingga kamar itu kosong seperti dulu. Sookyung menatap sekeliling kamar itu dengan senyuman tipis, sekelibat ingatan tawa antara dirinya dan Lisa di kamar itu tiba-tiba terlintas.
Namun lamunannya buyar saat mendengar teriakan brutal dari depan. Sookyung maupun Hyeyoung langsung bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Rupanya ada Jennie yang terlihat sedang bertengkar dengan sang ayah.
Tak!
"Lihat! Itu rekam medis milik Lisa. Baca dan amati baik-baik, aku penasaran apa kau masih berusaha mengelak atau menyadari kesalahanmu." Tangan Jennie bergerak cepat melempar kertas temuannya di kamar Lisa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...