Sulung Kim itu baru saja menyelesaikan pekerjaan terakhirnya untuk hari ini. Langit sudah gelap, hanya terlihat cahaya bintang yang menerangi hitamnya langit malam ini.
Tanpa sadar Jisoo melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya. Terpaku pada bintang yang menghiasi langit malam. Untuk pertama kalinya Jisoo memandangi bintang seperti ini.
"Indah." Hanya satu kata itu yang bisa Jisoo katakan. Tatapannya benar-benar terpaku kagum.
Namun atensinya terpindah saat ia menyadari pergerakan melalui ujung matanya. Jisoo menoleh ke arah kanannya dan terdiam saat melihat Lisa yang juga sedang memandang langit, tidak menyadari kehadirannya.
"Lisa sangat menyukai langit."
Jisoo tahu betul hal itu. Salah satu hobi Lisa sejak kecil yaitu terkagum-kagum akan langit malam. Kata Lisa, dia bisa menumpahkan emosinya yang terpendam hanya dengan melihat langit.
"Dingin sekali di sini, kenapa dia tidak pakai penghangat apapun."
Sisi kakaknya muncul. Jisoo khawatir melihat Lisa yang duduk diam tanpa memedulikan dinginnya cuaca malam ini. Bahkan gadis berponi itu hanya menggunakan piama tipis.
"Cantik sekali Adikku itu," mau dilihat dari aspek apapun, Lisa sangatlah cantik dimata ketiga kakaknya. Tidak heran pujian sering sekali Lisa terima.
"Lebih cantik lagi jika tidak ada luka-luka pada wajah dan tubuhnya."
Terkadang Jisoo meringis sendiri membayangkan rasa sakit yang Lisa rasakan. Jelas sekali Jisoo ingat keadaan kacau Lisa saat dirinya pulang dari mall. Adiknya itu seperti habis dikroyok.
"Apa kau baik-baik saja, Lisa-ya?"
Tanpa dijawab pun, Jisoo sendiri tahu jawabannya. Semua orang tau jawabannya. Hanya saja Jisoo sedang berusaha menenangkan dirinya sendiri sedangkan ia kukuh mempertahankan egonya.
"Unnie sakit melihatmu seperti ini, Lisa. Cepat sembuh, Sayang."
Selang beberapa detik setelah Jisoo bergumam lirih, sepasang manik matanya bergerak gusar mengikuti pergerakan Lisa yang terlihat sedang menahan sakit.
"Wae geurae?"
Jisoo kalut. Pergerakannya mendadak terkunci saat Lisa mulai memukul-mukul dadanya sendiri, napasnya tersendat.
"Hey, tarik napasmu perlahan lalu hembuskan."
Tidak. Lisa tidak akan mendengar ucapan Jisoo, karena Jisoo memang hanya bergumam sangat pelan namun jelas tercetak kekhawatiran di sana.
Dalam hitungan detik, Lisa menghilang dari pandangannya. Gadis berponi itu masuk ke kamarnya dengan sedikit berlari. Jisoo masih diam, tidak mengerti dengan situasi ini.
Tidak mengerti kenapa tubuhnya tidak bisa digerakan untuk berlari menyusul Lisa di kamarnya dan memastikan apa semuanya baik-baik saja atau sebaliknya.
****
Asik menatap langit yang sangat indah dimatanya, tiba-tiba napas Lisa tercekat. Gadis itu panik dan berusaha mengapai oksigen yang ada, namun semakin berusaha, dadanya semakin sakit dan sesak.
Lisa mulai memukul dadanya sendiri, berpikir itu bisa mengenyahkan rasa sesak di dadanya. Namun nihil, malah kini gadis itu terbatuk-batuk.
Bungsu Kim itu langsung berlari masuk ke kamarnya. Di dalam, Lisa membuka kasar setiap laci yang ia lihat, berharap menemukan obat apa saja yang bisa ia minum.
"Shhh... " ringisan pelan itu terdengar. Lisa jatuh terduduk di atas karpet kamarnya, tanpa menemukan obat atau air.
"Uhuk!" Batuk kali ini berbeda. Lisa merasakan akan ada sesuatu yang keluar. Gadis itu langsung berlari ke kamar mandi dan kembali terbatuk-batuk di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...