Rasanya masalah tidak pernah berhenti untuk bercengkrama dalam hidup Lisa. Selesai satu, tumbuh seribu. Kira-kira seperti itulah gambaran yang pas untuk menggambarkan keadaan saat ini.
"Lisa-ya," lamunan gadis berponi itu buyar kala mendengar suara Jennie.
"Eoh?"
"Hari ini Unnie akan menjadi pembicara untuk seminar di kampus Unnie dulu. Kau mau ikut? Jisoo Unnie dan Chaeyoung ada pekerjaan hari ini." Lisa memperhatikan Jennie yang sedang merapikan pakaiannya.
"Benarkah? Woah, kau pasti alumni kebanggaan kampusmu."
Ledek Lisa yang benar nyatanya. Sampai saat ini Jennie masih dibangga-banggakan oleh kampusnya dulu karena kini gadis itu sudah menjadi aktris terkenal.
"Jadi mau ikut atau tidak?" Tanya Jennie lagi.
"Boleh saja. Aku juga sedang tidak ada ide untuk melanjutkan pekerjaanku hari ini." Lisa menutup laptopnya, lalu beranjak untuk mengganti pakaiannya.
"Sudah? Kajja!" Jennie beranjak terlebih dahulu untuk ke mobil.
"Ya! Ya! Kau melupakan mantelmu lagi, Unnie." Sebuah mantel berwarna abu-abu tersampir pada tubuh Jennie. Warna yang cocok dengan pakaiannya.
Jennie tersenyum lalu mengenggam tangan Lisa keluar. Keduanya memasuki mobil yang dikendari oleh Jennie dan Lisa hanya duduk sembari menikmati banyaknya gedung yang berdiri kokoh memenuhi pusat kota itu.
Sekilas Jennie melirik Lisa lalu ia tersenyum tipis. "Itu gedung rancangan Chaeyoung."
"Benarkah?" Tanya Lisa takjub.
"Iya. Walaupun sudah sering melihatnya, sampai sekarang pun Unnie masih takjub melihatnya."
Pusat kota biasanya identik dengan gedung tinggi yang indah. Seolah menjadi ikon tersendiri, dan ikon itu diciptakan oleh Chaeyoung. Tentu saja mereka bangga sebagai saudara gadis itu.
"Woah, semua Unnieku sangat hebat ternyata."
"Sadarlah, kau juga hebat." Jennie berdecih lalu tertawa kecil.
"Sudah sampai. Ayo turun."
Kini Jennie dan Lisa memasuki gedung kampus itu dan menuju ke sebuah tempat. Lisa hanya ikut saja karena ia tidak mengetahui tata letak kampus ini.
"Lalu aku harus apa?" Tanya Lisa bingung setelah sampai di ruang tunggu.
"Terserah kau. Ingin ikut masuk ke ruang seminar dan mendengarku atau jalan sendirian mengelilingi kampus ini." Sahut Jennie santai.
Itu bukanlah sebuah pilihan untuk Lisa. Dirinya sudah tau pasti jawaban dari pilihan yang Jennie berikan itu.
"Aku akan ikut dan mendengarkanmu."
*****
Gedung berlantai dua itu kini menjadi pijakan Rosie. Bukan gedung setengah jadi, ini adalah kantor tempat Rosie bernaung saat tidak ada proyek.
"Bagaimana? Kau sudah memutuskan untuk mengambil proyek itu atau tidak?"
Lelaki bertelinga caplang itu duduk setelah membukakan kaleng soda untuk Rosie. Rosie masih nampak bingung dengan keputusan yang harus ia ambil.
"Bagaimana menurutmu?"
Chanyeol terdiam sejenak, sembari berpikir.
"Kupikir tidak ada salahnya kita ambil proyek itu. Lagi pula kita sudah beristirahat cukup lama dan kita harus menghasilkan uang untuk melunasi pembelian gedung ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...