Salah jika mengira kalau Lisa sudah hancur saat ini. Nyatanya, ini semua baru permulaan. Akan ada banyak air mata dan luka yang sudah setia menunggunya di depan mata.
Kim Lisa adalah gadis yang kuat. Puluhan tahun ia hidup tanpa kasih sayang yang lengkap, menyembunyikan rasa rindu dan sakitnya sendirian. Sangat kuat, kan.
"Aku paling benci berbagi rasa sakit." Itu motto Lisa. Tak ada yang bisa menyalahkan prinsipnya itu, walau banyak orang yang tidak setuju dengan pemikirannya.
"Tapi kau akan sekarat karena menahan semuanya sendirian." Olliver menyesap kopi panasnya perlahan.
"Itu lebih baik. Setidaknya kalau sekarat, aku sekarat sendirian." Aneh, tapi memang begitulah adanya.
"Nikmatilah hidupmu. Hidup hanya sekali, jangan di sia-siakan."
Lisa memilih diam dan tidak kembali menanggapi ucapan Olliver. Gadis itu asik sendiri dengan pemikirannya. Memang akhir-akhir ini Lisa suka melamun, tidak jarang kehilangan fokusnya saat bekerja.
"Aku ingin pulang sekarang," putus Lisa akhirnya.
"Ya! Bagaimana dengan tulisanmu?"
"Aku janji akan menyelesaikan satu bagian hari ini. Akan kukirimkan melalui email nanti malam."
Memilih mengalah, Olliver mempersilahkan Lisa untuk pergi. Niatnya memang menahan Lisa untuk tetap menulis dalam pengawasannya, supaya pekerjaan Lisa bisa cepat selesai.
Tapi apa boleh buat, gadis berponi itu mempunyai sikap keras kepala. Lisa tidak suka dikekang dan membuatnya merasa dibatasi.
"Dasar keras kepala."
*****
Sebuah gedung bernuansa Eropa menjadi pemandangan Jiyong. Dengan telepone yang menempel ditelinganya, Jiyong terus meninggikan suaranya.
"Aku tidak akan main-main dengan ucapanku." Satu kalimat penuh penekanan itu terdengar.
"Kau mengancamku?"
"Ini peringatan. Jangan kau berani menyentuh Lisa kalau kau masih ingin hidup,"
Dari balik pintu yang sedikit terbuka itu, Sookyung mendengarnya. Dahinya berkerut, berusaha menajamkan pendengarannya agar bisa mengerti apa yang dibicarakan Ayahnya itu.
"Berarti kalau ketiga kakaknya, tak apa?"
Brak!
Sookyung berjengit kaget. Ia tidak pernah melihat Jiyong se-murka ini. Sekarang Sookyung semakin penasaran tentang apa yang terjadi. Dan kenapa Lisa dibawa-bawa.
"Aku tidak peduli dengan mereka! Hanya Lisa, Cucuku, yang ku pedulikan."
Tawa renyah itu terdengar dari seberang sana. Membuat rahang Jiyong mengeras dengan tangan yang terkepal.
"Lee Jiyong, kau tidak begitu mengenal Cucumu sendiri. Kau harus tahu, bagaimana rasa sayang Lisa pada Jisoo, Jennie, dan Rosie. Hubungan mereka sulit diputus."
"Kuperingatkan sekali lagi, jangan kalian berani menganggu Lisa. Kau tahu aku tidak takut dengan hukum, 'kan? Aku juga tidak segan menyingkirkan orang yang menganggu keluargaku."
"Sungguh menakutkan."
"Kembalikan Lisa padaku. Aku akan membawanya kembali ke sini."
"Tentu tidak semudah itu. Lisa sudah masuk dalam rumah ini, dan dia tidak akan bisa keluar kembali dari sini."
"Dasar brengsek!"
Jiyong melempar kasar ponselnya. Wajah lelaki itu memerah dengan urat-urat yang terlihat jelas pada wajah dan lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanficMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...