21. Start

3.2K 509 22
                                    

Pukul dua subuh, dengan perasaan gelisah, Jennie berjalan dengan tenang memasuki kamar tidur Lisa. Berharap menemukan apa yang ia khawatirkan sejak tadi pagi.

Ceklek~

Gelap menyapa Jennie. Tak ada cahaya, tak ada suara, dan tidak ada tanda-tanda tempat itu ada penghuninya. Bahkan pendingin di kamar gadis berponi itu saja tidak menyala.

"Lisa?" Panggil Jennie pelan.

Masuk ke dalam kamar Lisa, Jennie menutup kembali pintu itu. Gadis bermata kucing itu melangkah lebih jauh menelusuri kamar Lisa.

Klak!

Jennie menyalakan lampu kamar Lisa. Benar, kamar itu kosong dengan ranjang yang masih tertata rapi belum tersentuh.

"Dia belum pulang?" Jennie terduduk dibibir ranjang Lisa dengan wajah bingung sekaligus khawatir.

Beberapa menit duduk di sana tanpa usaha, Jennie baru menyadari sesuatu. Kamar Adiknya tampak sangat kosong, berbeda dengan sebelumnya.

"Seolma... "

Dengan cepat Jennie langsung berdiri dan membuka lemari serta laci di kamar Lisa satu per satu. Di sana hanya tersisa beberapa pakaian dan barang yang memang tidak terlalu penting.

"Lisa bukan pergi menenangkan diri hari ini, dia kabur." Tebakkan Jennie tepat sasaran.

Gadis itu langsung keluar dari kamar Lisa dan sibuk menghubungi Adik bungsunya itu walau tak mendapat jawaban. Bahkan nomor Lisa tidak aktif.

"Sial!"

*****

Sookyung dan Jiyong dibuat kalang kabut dengan berita kalau Yangim kini tengah dilarikan ke rumah sakit akibat penyerangan sepihak yang diterimanya.

Ayah dan Anak itu berlari kesetanan menuju ruang operasi yang sedang berlangsung. Tentu dengan koneksi yang dimiliki Jiyong, keduanya kini bisa menyaksikan secara langsung operasi darurat Yangim.

"Yangim-ah, bertahanlah, Sayang." Pria satu anak itu tak henti merapalkan doanya untuk sang Istri tercinta yang sedang berjuang dengan kehidupannya.

"Eomma akan baik-baik saja kan, Appa? Operasinya harus berhasil." Sookyung juga hilang akal. Walaupun ini bukan operasi yang besar, namun tetap saja berbahaya untuk Yangim.

"Appa akan pastikan Eommamu selamat, Nak. Tidak akan ada yang pergi." Tegas Jiyong.

Tidak lama sekretaris Jiyong datang, membawa informasi penting yang Jiyong minta selidiki sebelumnya.

"Kita bicara di luar." Akhirnya Jiyong dan sekretarisnya itu menjauh dari Sookyung dan banyak orang lainnya.

"Bagaimana?"

"Namanya Bernard Lee. Besar di Korea namun berdarah Perancis. Seorang Yatim Piatu yang hidup sebatang kara. Tidak ada informasi penting darinya, namun bisa dipastikan jika dia adalah orang suruhan dari Kim Suwon."

"Dari awal pelaku tidak berniat membunuh, maka dari itu tembakkan tidak menyerang ke titik sensitif. Bisa jadi ini sebuah peringatan, Tuan."
Jelasnya panjang lebar.

Bruk!

Jiyong melampiaskan amarahnya pada tembok yang ada dihadapannya. Tangannya langsung memerah dengan beberapa titik luka di sana. Namun Jiyong sama sekali tidak merasakan sakit.

"Berani sekali Bajingan itu menyentuh Istriku." Geramnya.

"Urus pelakunya. Pastikan dia menderita selama sisa hidupnya." Titah Jiyong. Setelah sekretarisnya pergi, Jiyong masih diam di luar untuk menetralkan emosinya.

Different [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang