Ada kalanya Lisa merasa bahagia di tengah tertekannya batin miliknya. Contohnya sekarang. Pergerakan Lisa terbatas karena tubuhnya dihimpit oleh dua kakaknya. Jisoo memeluk tubuhnya erat, sedangkan Rosie terus saja menempel pada Lisa.
Walau begitu, Lisa tidak merasa risih. Malah ia merasa kehangatan tengah memeluknya erat saat ini. Belakangan Lisa berjuang sendirian melawan terjangan badai yang membuatnya semakin rapuh, namun kini rasanya kekuatannya perlahan kembali.
"Unnie, aku ingin ke toilet." Ucap Lisa pelan dengan suara seraknya. Namun Jisoo atau Rosie sama sekali tidak bergerak. Mereka setia terlelap.
Semalaman Jisoo dan Lisa menghabiskan waktu mereka untuk maraton menonton sebuah drama. Awalnya hanya mereka berdua saja, namun saat pukul satu subuh tiba, Rosie datang dengan wajah lelahnya lalu ikut merebahkan dirinya disebelah Lisa dan tertidur.
"Chaeyoung Unnie," kali ini Lisa berharap Rosie bangun. Karena ia harus segera memenuhi panggilan alamnya.
"Hm." Matanya tidak terbuka, hanya gumaman saja yang terdengar.
"Bisa geser sebentar? Aku ingin ke toilet, perutku sakit."
Awalnya hanya perut Lisa saja yang sakit karena ingin buang air, tapi lama kelamaan sesak di dadanya muncul, membuat napas Lisa tersendat. Lisa panik, cepat-cepat ia menoleh ke kanan dan kiri, memastikan Jisoo dan Rosie tidak melihatnya sekarang.
Dengan sekuat tenaga, Lisa mendorong sedikit tubuh Jisoo kesamping untuk mempermudahnya keluar dari himpitan kedua kakaknya. Lisa bergegas ke kamar mandi dan mengunci pintunya rapat.
"Penyakit bodoh!" Gerutu Lisa tertahan. Tangannya mulai memukul-mukul dadanya sendiri, berharap bisa meredakan rasa sesak itu. Bulir keringat mulai terlihat.
"Shhh~"
Berperang dengan rasa sakit sendiri, sepertinya Lisa harus mulai terbiasa dengan hal itu. Ia tidak boleh berharap pada orang lain, Lisa harus mandiri menangani rasa sakitnya.
"Kau merusak pagi indahku. Dasar penyakit bodoh."
Merasa sudah membaik, Lisa membasuh wajahnya dan kembali ke kamar Jisoo. Kedua sudut bibirnya naik melihat bagaimana damainya wajah kedua sang kakak. Hendak kembali naik ke kasur, pintu kamar Jisoo terbuka dengan kasar membuat Lisa tersentak kaget.
"Jennie Unnie kau sudㅡ"
"Bangun! Unnie, Chaeyoung, bangun!"
Belum Lisa menyelesaikan ucapannya, Jennie sudah berteriak sembari menguncang tubuh kedua manusia yang masih terlelap itu.
Merasa terusik dengan kerusuhan yang Jennie timbulkan, Rosie adalah yang pertama membuka matanya karena kaget dan kesal.
"Berisik! Kenapa berteriak pagi-pagi?"
Napas Jennie memburu. "Kalian sangat menyebalkan. Bisa-bisa menghabiskan waktu bersama tanpa mengajakku? Bahkan kalian tidak menghubungiku sejak kemarin!"
Jisoo yang sudah terbangun menghela napasnya lelah. Ia kira ada sesuatu yang penting terjadi, nyatanya hanya masalah kecemburuan Jennie.
"Jennie-ya, kau mematikan ponselmu seharian. Unnie sudah beberapa kali mencoba meneleponmu dan Joohyun, tapi kalian tidak menjawabnya. Jadwal syutingmu padat kemarin."
Perlahan napas Jennie terdengar normal, ada rasa malu yang hinggap saat menyadari kalai ucapan Jisoo benar. Ia mematikan ponselnya seharian karena tidak mau terganggu.
"Y-ya intinya kalian tetap jahat! Aku bekerja keras untuk mencari uang, tapi kalian malah seru-seruan saja."
"Ya! Unnie juga bekerja! Kalau tidak, bagaimana caranya aku bisa membelikanmu tas mahal itu saat kau merengek padaku dulu?" Seru Jisoo tak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...