Beberapa bulan sudah berlalu. Kini semua orang di keluarga Kim itu tengah disibukkan dengan urusan pekerjaan masing-masing. Jennie dengan dramanya, Jisoo dengan agensinya, dan Rosé dengan proyek barunya.
Kimbum dan Hyeyoung mulai disibukkan dengan kegiatan kampanye yang akan dimulai sebentar lagi. Lisa? Gadis itu tetap menjalani harinya seperti biasa.
"Shh~"
Ringisan pelan itu terdengar. Lisa membuka matanya dengan keringat yang sudah membanjiri wajah dan bajunya. Tangan kurusnya meremas kuat bagian dadanya. Gadis itu berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
"To-long." Tidak, bukan pada manusia Lisa minta tolong. Lisa meminta tolong pada Tuhan agar bisa mengenyahkan rasa sakitnya.
Pada nyatanya menjalani pengobatan rutin selama beberapa bulan belakangan tidak berpengaruh untuk Lisa. Gadis itu masih merasakan sakit yang luar biasa saat kambuh.
"Ya Tuhan, sakit sekali." Hanya suara batinnya yang terdengar. Lisa tak mampu mengeluarkan suaranya.
Setelah menenggak paksa beberapa butir obat tanpa air, rasa sakit itu perlahan mereda. Wajah Lisa pucat bukan main, dengan penampilan yang berantakan.
Dengan gontai, Lisa keluar dari kamarnya. Menuju dapur untuk mengisi gelasnya yang kosong, Lisa dikejutkan dengan presensi ketiga kakaknya. Langka sekali ketiga kakaknya itu ada di rumah.
Semenjak disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, Lisa sangat amat jarang bertemu dengan ketiga kakaknya. Mereka juga jarang berada di rumah, paling pulang hanya untuk tidur.
"Good morning, Lisa." Sapa Rosie pertama dengan senyumnya.
Lisa tersenyum kikuk. Penampilannya dengan ketiga kakaknya kini berbanding berbalik. Mereka sudah mandi dan berpakaian rapi, hendak bekerja. Sedangkan Lisa, lihatlah penampilannya yang kacau.
"Apa terjadi sesuatu? Wajahmu pucat sekali." Tanya Jennie khawatir. Mereka sudah sangat jarang bertemu, jadi tidak saling memperhatikan keadaan satu sama lainnya.
"Hanya tidak enak badan. Belakangan aku jarang tidur karena harus menyelesaikan novel baruku." Sahut Lisa santai.
Mereka percaya saja. Lisa terlalu apik dalam menyembunyikan segala rasa sakitnya. Buktinya Lisa bisa diam-diam pergi berobat selama ini tanpa dicurigai.
"Kau harus menjaga kesehatanmu. Tubuhmu semakin kurus, Lisa."
Seuntas senyuman terukir. Walau hanya berupa kalimat, Lisa bahagia mendapat perhatian seperti ini dari kakaknya.
"Kalian juga, Unnie. Banyak makan dan istirahat, ya. Jangan sampai sakit, aku tidak suka melihatnya."
"Ah, iya. Lisa-ya, apa kau hari ini sibuk atau ada acara?"
Lisa tampak berpikir. "Hanya ada satu meeting siang nanti, tapi sepertinya tidak lama. Ada apa?"
"Hari ini Harabeoji kembali dari Prancis. Bisakah kau jemput di bandara? Jisoo Unnie, Unnie, dan Chaeng tidak punya cukup waktu hari ini."
Total sudah sekitar tiga bulan Suwon tidak ada di Korea. Lelaki tua itu pergi ke Prancis dan baru kembali hari ini. Seketika Lisa tersadar akan hal itu. Apakah hidupnya bisa kembali damai tanpa tekanan dari Suwon?
"Aku bisa. Biar aku saja yang jemput Harabeoji hari ini." Putus Lisa akhirnya.
"Arraseo, gomawo Lisa-ya."
****
Mobil sedan hitam itu melaju membelah jalan besar Seoul. Dengan Lisa sebagai pengemudinya, kini mobil itu sudah berhenti di bandara Incheon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...