44. Her Smile

2.9K 549 46
                                    

Langit sudah gelap, hanya gemerlap bintang dan bulan yang menjadi cahaya di tengah gelap yang sudah menguasai langit. Tubuh lelahnya dipaksa untuk memasuki gedung besar yang hampir menjadi rumahnya beberapa bulan terakhir.

"Kau mengabaikan perintahku untuk banyak istirahat?" Suara berat lelaki berkaca mata itu menyambut kedatangan Lisa.

Lisa tersenyum tipis. "Aku orang yang sibuk, Dokter." Sahut Lisa lalu duduk dihadapan dokter muda itu.

"Wajahmu terlihat sangat kelelahan untuk orang yang sakit, Kim Lisa."

Dokter Jung, dokter spesialis paru-paru yang sudah seperti teman Lisa karena hampir setiap minggu bertemu untuk melakukan pengobatan.

"Aku lelah menahan rasa sakit, Dokter Jung. Padahal aku tidak melakukan banyak kegiatan."

Ucapan Lisa benar. Ia memang sudah jarang beraktifitas berat belakangan ini, namun wajahnya sudah tidak pernah cerah seperti dulu lagi. Selalu ada gurat lelah diwajah mungil gadis itu.

"Kau masih belum memutuskan? Keadaanmu semakin buruk, Lisa. Apa ucapanku tempo lalu tidak bisa dimengerti? Menetaplah di rumah sakit dan lakukan semua pengobatan yang aku sarankan."

"Tidak ada perkataan lain? Aku bosan mendengarnya." Terdengar helaan napas panjang dari Dokter Jung. Lisa tetaplah Lisa yang keras kepala dan susah diatur.

"Jadi sekarang apa yang kau mau? Kau bahkan tidak memberi tahu keluargamu tentang ini. Kau gila."

"Resepkan saja obat untuk sakit kepala dan sesakku. Setiap kali kambuh, tidak jarang aku merasa ingin menyerah."

Lisa tertawa seolah ucapannya tidak berarti apapun. Namun itu memiliki efek untuk dokter Jung yang mulai melihat keputus asaan pada Lisa. 

"Lisa, jangan menyerah, ya? Kau harus sembuh dan aku berjanji akan membantumu."

Dokter Jung dan Lisa saling tatap dengan tatapan dalam. Lisa menelan salivanya susah payah. Ada rasa takut dan yakin, namun keraguannya lebih besar.

Gadis berponi itu memutus kontak mata terlebih dahulu lalu tertawa kecil. "Dokter, boleh aku istirahat di rumah sakit malam ini? Aku terlalu lelah untuk pulang."

"Memang seharusnya seperti itu. Kau memang seharusnya terus beristirahat di rumah sakit, Lisa."

Tak menanggapi ucapan Dokter Jung, Lisa mulai berjalan ke salah satu ruang inap yang kosong. Membaringkan dirinya dan berusaha menyamankan dirinya.

"Besok pagi aku akan kembali untuk memeriksamu. Jangan pulang dulu kalau sudah bangun."

****

Matahari baru saja terbit setelah semalaman berisirahat, menemani manusia yang juga kelelahan karena seharian penuh harus bekerja.
Rosie, memasuki rumah besarnya itu setelah menghabiskan waktu full untuk bekerja keras di kantor.

Langkahnya gontai dengan mata yang tertutup, benar-benar menampilkan wajah dan tubuhnya yang pasti sangat kelelahan sejak tadi.

Brugh!

Rosie yang terlonjak kaget sontak membuka kedua matanya lebar. Suara benturan itu membuat jantungnya hampir saja mencelos keluar dari dadanya. Matanya bergerak ke segala arah, berusaha mencari sumber suara.

"Awh!" Hingga ringisan itu terdengar, pandangan Rosie jatuh pada sosok gadis jangkung yang terduduk malang di atas lantai dingin.

"Anak ayam?"

"Sembarangan!" Lisa memekik tak terima saat Rosie memanggilnya seperti itu. Gadis berponi itu perlahan berdiri walau diiringi dengan ringisan pelan.

Different [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang