Setelah perjalanan panjang, kini Lisa dan Sookyung sudah tiba ditempat tujuan mereka, kediaman keluarga Kim. Lisa memasang senyumnya dan berjalan masuk dengan percaya diri.
Mata gadis berponi itu menatap sekeliling, sepi seperti biasanya. Namun atensi Lisa teralihkan saat mendegar suara hentakkan kaki yang berasal dari tangga. Dilihatnya sulung Kim yang sedang menuruni tangga. Tatapan mereka bertemu, Lisa melebarkan senyumnya dan melambaikan tangannya ke arah Jisoo.
"Annyeong, Jisoo Unnie." Sapa Lisa ramah. Berbeda dengab Jisoo yang menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca.
"Lama tidak bertemu. Terakhir sekitar... Dua bulan lalu? Woah, bukankah itu waktu yang lama, Unnie? Apa kau merindukanku?" Sikap Lisa sekarang sama sekali tidak menggambarkan keraguan, mengingat terakhir kali pertemuan mereka sangatlah buruk.
"Kau..." dalam hati Lisa bersorak. Akhirnya Jisoo bersuara.
"... Masih punya malu kembali ke sini?" Sarkas Jisoo menohok.
Awalnya Lisa terdiam, namun pada akhirnya Ia tetap melebarkan senyumannya dan malah mengikis jarak antara dirinya dengan Jisoo.
"Untuk sekarang, masih. Kalau kau pikir aku lupa dengan kesalahanku, kau salah. Aku ingat semuanya, sangat jelas. Bahkan hal itu terus menghantuiku selama dua bulan ini, tapi bodohnya aku malah lari tanpa meminta maaf." Perlahan, Lisa mendekap tubuh Jisoo. Hanya sebentar karena Lisa merasa Jisoo tidak nyaman dengan pelukannya.
Lisa memundurkan langkahnya. "Tenang saja, aku hanya sebentar di rumah ini. Bagaimana pun aku lahir di rumah ini, Unnie. Eomma bilang, aku lahir di lantai empat rumah ini. Benar, kan, Eomma?"
Sookyung tersenyum lalu mengangguk. Dulu saat mengandung Lisa, dirinya tidak sempat ke rumah sakit untuk melahirkan karena tidak ada seorang pun disisinya yang bersiaga. Jadi berakhirlah Sookyung melahirkan Lisa sendirian di lantai empat rumah itu.
Lisa menghela napasnya, "Dan setidaknya biarlah aku berakhir di rumah ini juga, Unnie. Hanya sebentar, aku berjanji tidak akan menganggumu. Aku akan menjadi anak baik beberapa hari ke depan. Aku tidak akan meninggalkan kesan buruk untukmu."
Suara Lisa memelan. Ia menatap lekat mata jernih Jisoo lalu tersenyum tipis. Dalam hatinya ia bergelut karena ingin sekali memeluk Jisoo untuk menyalurkan rasa rindunya pasa sang kakak sulungnya itu.
"Kajja, Eomma. Kau harus istirahat."
"Lisa-ya,"
"Ya, Eomma?"
"Kenapa ucapanmu tadi aneh, Nak?"
"Aneh bagaimana?"
"Kau seperti ingin... Pergi?"
Lisa tertawa kecil. "Hanya perasaanmu saja, Eomma. Memangnya aku mau pergi ke mana? Aku akan tetap di sini..."
Jari Lisa menunjuk dada Sookyung sembari tersenyum. "Dihati, Eomma."
****
Suwon menaiki tangga terakhir menuju rooftop rumahnya. Saat ingin menyalakan pematiknya, pandangan Suwon teralihkan pada seorang gadis yang sedang berdiri dibelakang pembatas sembari membaca buku.
"Kau kembali ternyata." Gadis itu menoleh, tak lama ia mengangguk.
"Ini juga rumahku, Harabeoji." Jawabnya santai. Bertepatan dengan itu, Suwon berhenti di sebelah Lisa.
"Bagaimana keadaanmu, Lisa?"
"Aku? Pastinya buruk. Apa lagi yang bisa kau harapkan dari keadaanku saat setiap detiknya mendapat tekanan." Pria tua itu hanya terkekeh dan mengangguk-angguk. Ucapan Lisa benar sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [ E N D ] ✔
FanfictionMereka hidup dengan sebuah perbedaan. Satu pihak berusaha untuk bertahan, dan pihak lain sudah menjerit untuk menyerah. Mereka tidak akan pernah sama, bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun terlihat mustahil. "Kita berbeda. Bahkan sejak aku dilahirkan...