Hanya satu kalimat, tapi mampu membuat dada Aster bergemuruh hebat. Bukan isi pesannya yang membuat organ di dalam dada Aster terasa demikian, melainkan nama si pengirimnya. Dia adalah bagian dari masalalu Aster yang berkesan.
Bertahun-tahun menjalin kasih dengan orang tersebut, membuatnya harus bersusah payah melupakan ketika hatinya dikhianati. Dan setelah sekian lama pergi, orang itu seenaknya datang kembali dengan pertanyaan 'apa kabar?'.
Bagaimana menurut kalian? Apakah Aster harus membalasnya dengan kalimat sarkas seperti ini, 'Saya tidak baik-baik saja setelah kamu pergi. Dan makin tidak baik-baik saja setelah kamu kembali datang.'? Ah, tidak! Aster tidak mungkin mengetik kalimat se-alay itu di keyboard ponselnya.
Meskipun Vania adalah tokoh utama dalam kisah asmaranya dulu yang berusaha ia lupakan, tapi tetap saja Aster membalasnya. Tak dapat dipungkiri, Aster masih merindukan perempuan itu.
Setelah mengetik balasan terakhir, Aster kembali meletakkan ponselnya di atas meja.
"Pak dokter, bagaimana kalo foto pernikahan kita dipajang di sini aja?" tanya Sisil, menunjuk ke arah dinding yang masih kosong di ruang tamu.
Tak mau ambil pusing, Aster mengiyakan dengan anggukan kepalanya. "Terserah kamu saja, Sil."
Sisil mengatupkan mulutnya saat Aster berekspresi tak seperti biasanya. Dia sedikit lebih dingin pada Sisil semenjak kepindahan mereka ke rumah baru. Dan hari ini, Aster sengaja mengambil cuti untuk beres-beres rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...