Sisil terbangun di pagi-pagi buta. Bahkan sebelum matahari menampakan wujudnya yang terang menderang, Sisil sudah menyelesaikan segala pekerjaan rumah. Satu lagi yang belum ia lakukan, membuat sarapan untuk Aster yang masih tertidur karena hari ini tanggal merah.
Yang Sisil buat pagi ini adalah nasi goreng spesial dengan bumbu racik buatannya sendiri. Sisil hanya memasak makanan sederhana saja karena sebentar lagi ia harus berangkat ke panti asuhan untuk mengunjungi Ibu panti.
Bertepatan saat dua piring nasi goreng diletakan di atas meja makan, Aster datang dengan badan yang sudah segar. Mungkin setelah bangun tidur Aster langsung mandi.
"Eh, Pak dokter!" sapa Sisil. "Udah bangun ternyata. Baru aja Sisil mau panggil Pak dokter buat sarapan."
Aster duduk di depan meja makan dengan rambut yang masih basa itu menutupi dahinya. Ia melihat dua alas nasi goreng yang mulai menggugah seleranya. Hanya dua alas, karena Rianti sudah tidak di rumah ini lagi, beliau sudah kembali ke rumahnya kemarin sore.
"Maaf ya, Pak dokter? Sisil cuma buat nasi goreng aja." Sisil yang sudah duduk di depan Aster tetiba jadi tidak enak hati.
"Gapapa, Sil." Aster menggeleng samar sebelum menyantap nasi goreng tersebut.
"Sisil hari ini mau izin sama Pak dokter. Sisil mau pergi ke panti asuhan, kebetulan hari ini hari ulang tahun Ibu panti. Boleh ya Sisil pergi kesana?" Sisil melirik Aster ragu.
Beberapa saat, Aster tak mengeluarkan jawabannya karena nasi yang ia kunyah belum tertelan. Setelahnya, barulah Aster membuka suara. "Saya ikut."
Sisil mengerjapkan matanya berkali-kali. "Lho? Pak dokter emangnya gak ada urusan lain hari ini? Kalo semisal Pak dokter ngerasa gak enak karena gak ikut ke panti asuhan, gapapa kok. Sisil tinggal bilang ke Ibu panti kalo Pak dokter lagi sibuk."
Aster memicingkan matanya. Sedikit tersinggung oleh asumsi Sisil yang membuat Aster terkesan jahat. Padahal, Aster memang ingin ikut saja. "Saya gak keberatan kok, Sil. Saya juga pengen ikut ke panti asuhan karena di rumah gak ada kerjaan. Jadi, kamu boleh pergi ke panti asuhan, asalkan saya ikut."
"Seriusan? Pak dokter gak bercanda?"
"Duariusan. Ngapain saya bercanda?"
Sisil melebarkan senyumannya hingga gigi-gigi putihnya yang kecil itu terlihat. Ia tak menyangka sebelumnya kalau Aster akan mengajukan diri untuk ikut ke panti asuhan. Awalnya Sisil berniat mengajak Aster ke panti asuhan, tapi Sisil takut Aster akan merasa tidak nyaman mengingat kenyataan bahwa pernikahan mereka bukan dilandasi oleh cinta.
Namun ternyata, Aster dengan suka rela ingin pergi ke panti asuhan bersama Sisil. Jelas hal itu membuat hati Sisil merasa lega. Itu artinya, Sisil tak perlu menyiapkan jawaban untuk pertanyaan dari Ibu panti yang pastinya akan menanyakan kenapa Aster tidak ikut. Dengan begitu, Sisil tak perlu berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...