32. 𝓢𝓾𝓻𝓹𝓻𝓲𝓼𝓮

4.5K 238 6
                                    

"Pak Suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak Suami."

"Hm ...?"

"Pak Suami gak ada yang mau diceritain gitu?"

Aster berkali-kali melirik layar ponsel yang tengah memutar video youtube dengan tangan yang sibuk di rambut Sisil. Sisil tiba-tiba ngidam ingin dikepang oleh suaminya. Aster sampai mencari tutorialnya di youtube.

"Ceritain apa, Sil?" tanya Aster dengan tangan yang tak berhenti dari kegiatannya.

Sisil sedikit menunduk dengan memainkan tangannya sendiri. Sisil tak menjawab lagi, ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri yang masih memikirkan isi pesan dari Vania untuk suaminya. Apa Aster menemui Vania setelah membaca pesan tersebut?

Sudah jelas sekali Aster menemui Vania. Dari dulu pun perkataan Vania tak bisa dibantah atau ditolak oleh Aster. Aster yang begitu baik mana bisa menolak.

"Sil?" panggil Aster. "Kok diem?"

Sisil menggerakan lehernya, sedikit menoleh. "Udah belum, Pak Suami?" alihnya.

"Sebentar, sedikit lagi." Aster menyelesaikan kepangannya sampai ujung rambut. Setelah itu, Aster mengikatnya dengan ikat rambut. "Sudah, selesai."

Sisil menyentuh rambut hasil kepangan Aster dan tersenyum begitu lebar. Selain ahli membuat Sisil tersanjung, Aster juga ahli dalam mengepang rambut. Sisil berbalik, menghadap Aster langsung tanpa melunturkan binar di matanya. "Makasih, Pak Suami."

"Sama-sama, sayang." Aster mengusap kepala istrinya dengan lembut. "Oh ya, kamu tadi mau ngomong apa?"

"Gak ada, kok." Sisil menggeleng pelan.

Aster mengusap pipi Sisil yang sedikit lebih cubby dari sebelumnya. "Selama saya gak ada, kamu ngapain aja di rumah, Sil?"

"Sisil cuma rebahan, nonton televisi, nyiram bunga, jalan-jalan di taman belakang, terus Sisil ngobrol sama Mbok Asti, deh. gitu aja, gak ada yang aneh. Sisil malah bosen karena gak ada Pak Suami di rumah." Sisil mengakhiri ceritanya dengan bibir mengerucut.

"Mau pergi ketemu sama Ibu Panti gak?" tawar Aster.

Sisil awalnya memasang wajah sumringah, namun detik selanjutnya bahu Sisil meluruh begitu saja. "Tapi Pak Suami 'kan besok kerja."

"Saya sudah izin dan dapat cuti tiga hari. Anggap aja sebagai cuti bulan madu. Saya langsung izin sama Papi dengan alasan pengen ngajak jalan-jalan istri yang lagi ngidam ini." Aster mencoel hidung Sisil dengan gemas.

"Beneran Pak Suami boleh cuti?" Sisil kini benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

"Iya, sayang. Kita nginep di Panti besok."

"Yeaayyyy!"

Dari arah dapur, Mbok Asti menyaksikan keharmonisan pasutri itu. Mbok Asti tersenyum haru untuk mereka. Aster yang dulunya hanya seorang anak kecil yang berlarian di sekitarnya, kini akan menjadi seorang ayah. Bagaimana Mbok Asti tidak terharu? Waktu berjalan begitu singkat, dan berlalu begitu cepat.

Wife For AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang