46. 𝓡𝓪𝓹𝓾𝓱 𝓓𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓢𝓮𝓼𝓪𝓵

9.3K 383 16
                                    

"Dokter Aster!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter Aster!"

Aster menghentikan langkahnya yang tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dokter Rita memanggilnya dari kejauhan. Lalu, menghampirinya. "Dokter Aster maaf mengganggu, saya ingin menyampaikan sesuatu."

"Tentang apa?"

"Ini tentang istri dokter Aster."

Aster melirik jam tangannya. "Bisa saya dengar nanti? Saya sebentar lagi harus masuk ruang operasi."

"Tapi .... " Dokter Rita menggantung perkataannya.

"Maaf sekali dokter Rita, saya tidak memiliki banyak waktu." Aster langsung mengajak perawatnya untuk melanjutkan perjalanan.

Dokter Rita hanya menghela napas, memandang punggung Aster yang semakin menjauh dari penglihatannya. Dokter Rita menyesal tidak memberitahu Aster di waktu-waktu sebelumnya. Mau bagaimana lagi? Aster sendiri yang memilih untuk mendengarkannya nanti. Dokter Rita tak bisa melakukan apapun selain menunggu Aster siap mendengarkan.

Sementara di tempat lain, Hila mendapatkan sebuah kabar dari Nataya bahwa hubungan Aster dan Sisil sedang tidak baik. Nataya mengetahui kabar itu dari suaminya. Hila yang merasa cemas, lantas mengunjungi Sisil di rumahnya pagi ini. Ia berniat menghibur Sisil.

Begitu sampai di depan kediaman suami istri yang tengah dilanda badai masalah itu, Hila merasa heran terhadap suasana yang terlihat begitu sepi. Berkali-kali Hila menekan bel rumah, tapi tak ada sahutan dari dalam. Cukup lama, sehingga Hila yang tak sabar memutuskan untuk menarik knop pintu yang tak terkunci sama sekali.

Hila masuk ke dalam rumah yang lebih sepi dari pekarangan rumah. "Sil!" panggilnya cukup lantang.

Televisi di ruang tengah menyala, tapi Hila tak menemukan siapapun di sana. Ia menelusuri halaman belakang untuk menemukan Sisil, tapi tidak ada. Perasaan Hila mulai tak enak melihat wujud dapur yang tak serapih biasanya. Ia menaiki tangga menuju lantai atas dengan perasaan yang tak karuan. Mengingat Sisil tengah mengandung, pikiran buruk mulai bermunculan di kepalanya.

Napasnya tertahan dengan jantung yang hampir copot saat langkahnya berhenti di depan pintu kamar utama yang terbuka. "Sisil!" jeritnya.

Hila segera menghampiri Sisil yang terbaring di lantai dengan obat yang berceceran. Hila langsung memangku kepala Sisil dengan panik yang luar biasa. Pikirannya sudah meliar kemana-mana. "Sil? Kamu kenapa?"

"Astagah!" Hila lebih terkejut dan tak kuat lagi menahan tangisnya saat merasakan tangan Sisil yang begitu dingin. "Sisil ...." Suara Hila tenggelam oleh kepanikan karena tak merasakan denyut nadinya.

Untungnya ada sisa kesadaran dalam dirinya untuk berinisiatif memanggil ambulan. Tangannya yang gemetar begitu kesusahan saat menelepon ambulan. "H-hallo! Tolong, kami butuh ambulan sekarang!"

🌼

Di ruangan yang tenang dan dingin itu hanya terdengar suara detak jantung pada monitor. Beberapa orang di dalam ruangan itu melakukan tugas di meja operasi. Termasuk Aster yang sedang menghadap pada kepala pasien yang sudah dibedah.

Wife For AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang