Menikah dengan Aster adalah bagian baru dari lembaran kehidupan Sisil. Dan Sisil harus menata kembali rutinitasnya, karena hidupnya sekarang tidak di panti asuhan lagi, melainkan di rumah minimalis milik Aster.
Meskipun Aster itu termasuk orang kaya yang hartanya tak habis-habis, sepertinya lelaki itu tak suka dengan yang namanya hedonisme. Buktinya, rumah yang mereka tempati tidak sebesar rumah orang kaya pada umumnya. Rumah itu tak terlalu besar, tapi halaman belakangnya lumayan luas dipenuhi bunga-bunga.
Sejak hidup bersama, Sisil bisa memperhatikan setiap kebiasaan Aster, kesukaan dan apa yang tidak disukai lelaki itu. Aster itu vegetarian, ia tidak makan daging. Apalagi daging ayam, lelaki itu tidak menyukainya. Aster memang tak bilang langsung pada Sisil. Namun, Sisil tahu dari kebiasaan Aster yang selalu menyisakan daging di meja makan. Bahkan lelaki itu tak menyentuhnya sama sekali.
Aster itu tipe lelaki yang menjunjung tinggi kerapihan. Buktinya, ketika Sisil hendak membersihkan kamar Aster, kamar itu sudah rapih duluan. Aster selalu menyimpan sesuatu pada tempatnya, dan itu harus.
Dan di hari minggu ini adalah hari minggu pertama untuk mereka. Sisil juga harus menghapal kegiatan atau kebiasaan Aster di hari minggu. Pagi-pagi sekali Aster sudah jogging mengelilingi komplek perumahan. Baru saja lelaki itu sampai di depan rumah saat Sisil tengah menyapu halaman rumahnya.
Jaket dan celana sport di tubuh atletis Aster terlihat begitu pas. Apalagi ditambah keringat yang mencucuri kening anti badainya itu. Sisil terus memandangnya dengan kagum. Bahkan matanya jarang berkedip saking senangnya memperhatikan wajah itu. Sedangkan Aster menatap heran eskpresi Sisil saat ini.
"Kenapa, Sil?" tanya Aster setelah berada di depan Sisil.
Sisil mengerjapkan matanya hanya untuk menarik kembali kesadarannya. "Enggak kok, gapapa. Sisil cuma heran aja."
"Heran?"
"Ya heran aja. Kenapa bisa Pak dokter gantengnya kelewatan?"
Aster menghela napasnya. "Saya kira kenapa."
"Hehe... Pak dokter kapan sih gak ganteng?" Sisil makin menggoda Aster.
"Sudah ya, Sil. Jangan goda saya terus," larang Aster.
"Lho? Kenapa? Gak dosa kok Sisil goda suami sendiri."
Lagi-lagi Aster menghela napas seraya menggaruk keningnya dengan sebelah tangan yang di tanam di pinggang. "Saya laper, Sil. Masak apa kamu hari ini?" tanya Aster setelahnya.
"Hari ini Sisil masak orek tempe kesukaan Pak dokter."
"Kok kamu tahu makanan kesukaan saya?"
"Sisil tahu semuanya tentang Pak dokter." Sisil memperlihatkan senyuman seperti biasanya.
"Oh ya? Apa saja yang kamu tahu tentang saya?" Aster bersedekap dada dengan seksama untuk mendengarkan lebih lanjut perkataan Sisil.
"Minuman kesukaan Pak dokter itu kopi sama teh tanpa gula. Salah satu makanan kesukaan Pak dokter itu orek tempe yang gak terlalu manis. Terus, makanan yang paling gak disukai Pak dokter itu daging ayam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...