4. 𝓟𝓮𝓻𝓷𝓲𝓴𝓪𝓱𝓪𝓷

13K 588 11
                                    

     Suasana tegang memenuhi ruangan dengan sofa mewah serta nyonya dan tuan pemilik rumah yang duduk dengan wajah tanpa ekspresi di hadapan Aster dan Sisil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Suasana tegang memenuhi ruangan dengan sofa mewah serta nyonya dan tuan pemilik rumah yang duduk dengan wajah tanpa ekspresi di hadapan Aster dan Sisil.

Rianti memandang penampilan Sisil dari bawah sampai atas. Penampilannya yang sangat sederhana membuat wanita lanjut usia itu memandang aneh. Dalam pikirannya seperti ini kira-kira, "Apakah yang akan menjadi menantu dan yang akan melahirkan pewaris tahta keluarga Adinata adalah wanita seperti ini?"

Rambutnya dicepol. Memakai overall rok selutut dengan warna pastel. Dan tas slempang yang tersampir di bahunya. Penampilannya itu terkesan seperti anak remaja. Itulah yang membuat Rianti tak percaya dengan perempuan yang dibawa oleh putranya.

"Apa pendidikan terakhir kamu?"

Sisil yang semulanya menunduk, kini mendongak dengan wajah gugup. Tangannnya yang sudah berkeringat itu saling bertautan. Makin gugup kala tatapan Rianti semakin mengintimidasi. "S-saya lulusan SMA."

Rianti mengerutkan keningnya dengan ekspresi wajah tak percaya. Kemudian, ia beralih pada putranya yang sedari tadi hanya diam. Sama gugupnya, tapi entah apa yang Aster gugupkan. Mungkin takut perihal Sisil yang tidak diterima oleh orang tuanya.

"Kamu beneran bawa dia kesini sebagai calon istri kamu, Aster?"

Menghadapi pertanyaan Rianti, Aster lantas mengangguk dengan mantap. "Iya, dia yang akan menjadi istri Aster."

"Tapi pendi-"

"Mi," tegur Aster berusaha selembut mungkin. "Apapun pendidikan terakhir perempuan yang menjadi istri Aster, Aster akan terima. Karena itu tidak menjadikan Aster kehilangan harga diri sebagai seorang lelaki."

Sisil memandang Aster dari samping dengan tatapan kekaguman. Lelaki itu sama sekali tak berubah sejak dulu. Masih tetap menjadi lelaki bijak yang pernah Sisil temui. Sisil tersenyum simpul saat ingat pertama kali mereka bertemu di waktu yang sangat lampau.

Rianti menghela napas agak kasar. Ia melirik suaminya. "Menurut Papi, bagaimana?"

Wira yang sedari tadi hanya diam akhirnya angkat bicara. "Aster yang akan menikah. Dia yang berhak memutuskan. Papi hanya akan menuruti putra Papi satu-satunya."

"Mami gak bisa mempercayai perempuan itu untuk melahirkan seorang penerus keluarga Adinata," cetus Rianti yang masih tak luluh juga.

"Kapan kamu ingin melaksanakan pernikahan?" sela Wira yang langsung bertanya pada Aster.

"Secepatnya. Tapi, Aster tidak ingin pernikahan yang terlalu mewah. Hanya acara sederhana saja," putus Aster.

Mendengar putusan dari mulut anaknya, Rianti sudah memasang wajah berangnya. "Gak! Kita adakan pernikahan yang mewah. Mami akan mengundang seluruh rekan-rekan Mami dan Papi. Kalo hanya acara biasa saja, mau ditaruh di mana muka Mami?"

"Ya, di tempatnya'lah!" celetuk Aster.

"Aster, kamu jangan aneh-aneh deh!"

"Mami yang aneh-aneh, orang Aster pengennya acara biasa. Kalo terlalu mewah sayang uang, mendingan uangnya didonasikan ke yayasan atau apalah. Pokoknya Aster gak mau pernikahan yang terlalu mewah!" tegasnya.

Wife For AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang