20. 𝓚𝓮𝓭𝓪𝓽𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓓𝓾𝓪 𝓑𝓸𝓬𝓪𝓱

8.6K 433 9
                                    

     Semua barang Sisil telah dipindahkan ke kamar utama a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Semua barang Sisil telah dipindahkan ke kamar utama a.k.a kamar Aster. Itu artinya mulai malam ini Aster akan tidur bersama Sisil. Aster rasanya tak sabar menunggu datangnya malam, hal itu terlihat dari matanya yang terlalu sering melirik ke arah jam dinding di kamarnya.

Sementara itu, Sisil tengah menata barang-barangnya di meja rias. Sisil sadar bahwa dirinya tengah diperhatikan oleh Aster karena terlihat dari cermin lebar di depannya. Aneh sekali, kenapa juga Aster malah senyam-senyum tidak jelas? Sisil berbalik untuk menengok pada Aster secara langsung. "Pak dokter kenapa?"

"Hari ini saya bahagia."

"Bahagia?"

"Perasaan saya gak bisa dijelaskan. Yang pasti hari ini saya bahagia."

Dengan wajah yang masih terheran-heran, Sisil kembali pada posisi semulanya. "Apa iya bahagia karena kita satu kamar?" gumamnya pelan, dan diakhiri dengan geleng-geleng kepala, tak mau memikirkan hal itu.

Ting! Tong!

Suara bel rumah berbunyi. Sisil hendak bangkit untuk membuka pintu utama, tapi Aster berhasil mendahuluinya. "Biar saya saja yang buka pintu, Sil."

"Gapapa?"

"It's okay. Kamu duduk manis saja." Aster membulatkan jarinya tanpa menghilangkan seri di wajahnya sebelum berlalu.

"Oke, kalo gitu." Sisil kembali duduk di tempat semula.

Tak lama kemudian, Aster kembali. Namun, ia kembali dengan ekspresi wajah tak sama seperti sebelumnya. Seri di wajahnya digantikan oleh raut kesal. Belum juga Sisil bertanya penyebab perubahan air muka itu, dua bocah yang entah datang dari mana menerobos masuk ke kamar dengan berlarian.

"Yeaayyy! Malam ini tidul cama Om Astel!" seru dua bocah itu dengan girang.

Sisil memandang Aster dengan penuh tanya. "Mereka anak siapa...?"

"Bocah yang bakalan ganggu kita malam ini," sela Aster.

Kemudian, ia menjatuhkan seluruh badannya di atas kasur dengan tengkurap. Dan hal itu diikuti oleh dua bocah yang Sisil yakini berbeda jenis kelamin. Mereka menaiki punggung Aster yang mereka anggap seperti kuda.

"Om Astel, ayo jadi kuda. Jangan meninggal, Om. Ayo jadi kuda!"

"Om Astel gak mau bangun, Om Astel meninggal!"

Suara histeris itu berasal dari bocah yang sedari tadi terus mengunyeng-unyeng kepala Aster yang tak mau bangun. Lebih tepatnya, ia tak siap jika saat ini harus menghadapi dua bocah yang terlalu girang itu.

"Nuryn! Nizam!" tegur Aster agak keras, sehingga dua bocah empat tahun itu duduk bersampingan dengan melipat kakinya di depan Aster yang kini sudah duduk.

Sisil yang melihat Aster terkekeh geli. Pasalnya, sekarang rambut Aster sudah acak-acakan, dan itu hasil karya dua bocah imut yang tengah menunduk ketakutan. Bukan takut, tapi pura-pura takut lebih tepatnya.

Wife For AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang