Dari awal kedatangan ibu mertuanya, perasaan Sisil sudah tidak enak. Namun, ada hal yang aneh ketika wajah Rianti begitu ramah dan berseri. Seketika luntur sudah perasaan tidak enak itu, tergantikan dengan rasa penasaran.
Rianti duduk di samping Sisil dengan menghadap pada menantunya itu. "Kamu kenapa gak bilang sama saya? Bahkan suami kamu juga malah tutup mulut. Tega sekali kalian menyembunyikan hal yang saya tunggu-tunggu."
Sisil mengerutkan keningnya dengan tubuh yang terasa kaku, karena tangan Rianti meraih tangannya. "Sisil gak ngerti maksud Mami."
"Mulai sekarang Mbok Asti akan bekerja di rumah ini, membantu kamu mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus menemani kamu. Karena saya gak mau terjadi apa-apa dengan calon cucu saya yang ada di dalam kandungan kamu," ucap Rianti terus terang.
Sisil tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya. Kenapa Rianti bisa tahu tentang kehamilannya?
"Kamu kaget karena saya tahu?"
"Kok Mami bisa tahu?"
"Rumah sakit Adinata itu milik keluarga saya. Banyak sekali perbincangan bahwa Aster akan menjadi seorang ayah. Setelah saya selidiki dan bertanya pada keponakan saya, ternyata memang benar kalau kamu sedang hamil." Rianti begitu jelas memperlihatkan rasa bahagianya, berbeda sekali dengan wajahnya saat terakhir kali datang ke rumah. "Saya sangat senang. Akhirnya saya bisa memiliki cucu."
Sisil hanya bisa tersenyum dengan canggung. Kenapa waktunya sangat tidak tepat sekali? Coba saja Rianti datang saat ada Aster, mungkin suaminya itu akan membantunya untuk berbicara tanpa membisu seperti saat ini.
"Sisil," panggil Rianti.
Sisil langsung tertuju pada wajah Rianti. "I-iya?"
"Kamu harus jaga baik-baik cucu saya yang ada di dalam kandungan kamu. Karena dia akan menjadi pewaris keluarga Adinata setelah Aster." Rianti terkekeh kesenangan, membayangkan betapa lucunya nanti ketika cucunya lahir. "Jika anaknya laki-laki, pasti dia akan mirip seperti Aster waktu kecil."
Sisil kini jadi merasa terbebani. Pasalnya, anak ini sudah diklaim sebagai pewaris keluarga Adinata, dan Sisil harus benar-benar ekstra menjaga janinnya. Sedangkan tubuhnya tidak sehat seperti orang-orang.
Tanpa disuruh pun Sisil tetap akan menjaga kesehatan janinnya, tapi ketika tahu akan menjadi siapa bayi dalam kandungannya, Sisil jadi merasa begitu berat. Bayangkan saja, belum juga lahir, anaknya sudah dinobatkan sebagai pewaris keluarga Adinata setelah Aster. Hebat sekali, bukan? Lalu, bagaimana jika anaknya adalah perempuan?
"Jadi, selagi Aster sibuk di rumah sakit, Mbok Asti akan menemani kamu disini," putus Rianti.
"Makasih, Mi. Tapi ... Sisil masih bisa sendiri di rumah."
"Enggak. Kamu harus ditemani. Apalagi di sekitar rumah ini selalu sepi, bagaimana bisa saya percaya?"
Sisil menghela napas pelan sambil melirik Mbok Asti yang tersenyum begitu ramah. Mbok Asti ini adalah Asisten Rumah Tangga yang sudah lama bekerja di keluarga Adinata, beliau bekerja sebelum Aster lahir. Makanya Mbok Asti sangat dipercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...