Aster diizinkan untuk menyaksikan operasi caesar istrinya. Namun, Sisil tidak dibiarkan sadar karena kondisinya yang tak memungkinkan. Aster berdiri dengan kaku di samping tubuh Sisil, tepat sejajar dengan wajahnya.
Di tengah-tengah suara detak jantung dan tekanan darah pada monitor serta kegiatan beberapa perawat dan dokter yang tengah fokus pada operasi, Aster hanya fokus pada wajah Sisil yang tengah tertidur dengan tenang.
Air matanya menitik mengenai maskernya ketika membayangkan jikalau Sisil tak pernah mau bangun lagi untuk melihat bayinya. Semuanya tentang Sisil kembali berputar seperti memori yang rusak di kepalanya.
Aster mengingat bagaimana antusiasnya Sisil dulu ketika berbelanja untuk perlengkapan bayinya. Sisil yang menyambutnya setiap bangun tidur, Sisil yang menyambutnya ketika pulang bekerja, Sisil dengan masakannya yang tak pernah gagal, Sisil dengan tawanya yang tampak ceria. Suara-suara celotehan Sisil seolah memenuhi telinganya.
"Angkat!" intruksi dokter Rita seraya mengangkat bayi yang masih dilindungi oleh lapisan ketuban. Ia didampingi oleh Liam yang jaga-jaga jikalau terjadi hal yang tak terduga nantinya.
Di saat lapisan ketuban itu dipecahkan, suara tangis bayi begitu kencang menyapa setiap telinga, dan lamunan Aster buyar begitu saja. Ia menyaksikan bagaimana bayinya dirawat oleh beberapa dokter lainnya.
"Dokter Aster. Mari, sambut bayinya!" panggil seorang dokter yang telah selesai merawat bayinya. "Bayinya laki-laki."
Aster melangkah ragu saat mendekati bayinya. Saat bayi yang begitu kecil berada dalam gendongannya, Aster benar-benar tak bisa lagi menahan tangis haru. Aster tak percaya makhluk kecil itu kini hadir di dunia. Yang ditunggu-tunggu kini bertemu tatap dengannya.
"Mirip sekali dengan ayahnya, ya?" ujar dokter yang merawat bayinya.
Aster tak berhenti tersenyum memperhatikan wajah bayinya yang nyaris menduplikasi wajahnya. "Alby ... terima kasih sudah lahir dengan selamat," ucapnya.
Lalu, Aster memberikan sebuah lantunan adzan di telinga bayinya dengan merdu meskipun suaranya terdengar berat dan gemetar. Perawat disana bahkan sampai ada yang menitikan air matanya menyaksikan pemandangan tersebut.
"Dokter! Tekanan darah pasien menurun drastis!" Tiba-tiba dokter anestesi yang mengawasi alat vital sang pasien berseru dengan lantang.
Semua yang berada di ruangan itu tampak kewalahan dengan kondisi Sisil yang mendadak makin buruk. Kali ini, Liam yang turun tangan menangani Sisil. Sedangkan Aster menyaksikan hal itu dengan sorot yang cemas. Ia lekas mengembalikan bayinya kepada dokter tadi.
Aster hendak menghampiri Sisil dan menggapai tubuh yang terbaring lemah itu. Namun, tubuhnya ditahan oleh beberapa perawat yang memaksanya untuk keluar agar para dokter bisa menangani dengan leluasa.
"Dokter Aster! Tolong beri kami ruang untuk menangangi istri dokter Aster."
"Tapi istri saya--."
"Percayakan kepada dokter Liam yang lebih tahu, kami akan berusaha semaksimal mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...