Bunyi katak di kolam ikan menjadi latar suara yang mengisi kesunyian malam ini. Hembusan angin menjilat leher Sisil yang telanjang. Padahal udara sudah cukup dingin, tapi Sisil malah membiarkan tubuhnya tanpa penghangat. Namun, tiba-tiba saja tubuhnya terselimuti oleh sesuatu yang hangat dan lembut.
"Pak Suami?"
Setelah menyampirkan selimut kecil di bahu ringkih istrinya, Aster memeluk tubuh beraroma bayi yang seringkali dirindukannya itu. "Kenapa kamu di luar, sayang?"
"Sisil gak bisa tidur. Tiba-tiba kangen aja menikmati suasana malam-malam begini." Sisil menghirup udara segar dari balkon kamar.
"Tapi udaranya lagi dingin, sayang. Kamu gak takut masuk angin, hm?" Berbeda dengan Sisil, Aster menghirup dalam-dalam ceruk leher istrinya.
"Pak Suami sadar gak?" ujar Sisil, beralih dari pertanyaan Aster.
"Kenapa, sayang?"
"Interaksi kita akhir-akhir ini agak berkurang. Pak Suami kerja di rumah sakit, pas pulang Pak Suami lanjut main sama Alby dan May, setelah itu Pak Suami tidur."
Aster terkekeh pelan mendengar keluahan istrinya yang sering terlontarkan dengan bahasa yang berbeda-beda, tapi intinya sama. "Kamu merasa kurang dapat perhatian dari saya?"
Sisil mengerucutkan bibirnya. "Sisil kangen sama Pak Suami, tahu."
"Kita ketemu setiap hari, lho, sayang. Masih kangen aja."
Sisil berbalik, menghadap suaminya secara langsung. Wajahnya terangkat untuk menemukan sepasang mata yang tengah memandangnya dengan lekat. Sisil memeluk pinggang Aster dengan erat. "Kita jarang kayak gini. Memangnya Pak Suami gak kangen apa?"
Lagi-lagi Aster terkekeh geli, sekaligus gemas melihat ekspresi wanitanya. Padahal Sisil sudah memiliki dua anak, tapi Aster tak bisa berhenti menganggap wajah Sisil selucu anak kecil yang manja. "Kamu lagi mancing-mancing saya?"
"Mancing apa?" Sisil memberenggut. "Pak Suami pikirannya kesana mulu deh. Padahal Sisil cuma kangen manja-manjaan gini sama Pak Suami."
"Haha ... Iya. Saya paham. Kamu kangen kayak gini, 'kan?" Aster mengecup singkat bibir Sisil.
Sisil mengulum senyumnya. Menahan salah tingkah dan efek ketagihan yang menyerangnya. "Disini juga mau, katanya." Sisil menunjuk pipinya sendiri.
Aster tertawa renyah sebelum menuruti permintaan Sisil yang tengah berada dalam mode manja. Aster mengecup setiap bagian di wajah istrinya, tanpa terlewat satu pun. Selanjutnya, Aster menggesekan hidung mereka dengan erangan gemas.
"Saya jatuh cinta sama kamu berkali-kali. I love you." bisik Aster sambil memeluk Sisil.
Dalam dekapan hangat suaminya, Sisil membalas, "I love you more, Pak Suami. Sisil gak pernah bosan untuk mencintai dan dicintai oleh Pak Suami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...