Sebelum Aster menikah, Vano yang notabene-nya adalah lelaki cuek dan dingin, seringkali mengeluhkan perihal dirinya yang sering tak diacuhkan oleh sang istri. Dulu itu Aster pasti akan menertawakan dan mengejeknya sambil mencibir, "Ya makanya lo harus sering diem di rumah, jangan sibuk kerja mulu."
Karena karma itu berlaku untuk siapapun, alhasil semua itu terjadi pada Aster sendiri. Rasanya sangat tidak nyaman ia diabaikan oleh Sisil. Biasanya pagi-pagi sekali Sisil sudah membuatkan sarapan, dan menyapanya dengan wajah ceria.
"Selamat pagi, Pak dokter."
"Gimana tidurnya?"
"Nyenyak gak?"
"Aduh! Pak dokter kok bawah matanya hitam? Semalam gak tidur?"
Ekspresi ceria itu pudar bersamaan dengan menemukan lingkaran hitam di bawah mata Aster. Seperti itu kira-kira setiap pagi yang Aster lewati. Begitupun saat Aster baru pulang kerja. Sisil senantiasa menyambutnya di depan pintu untuk membawakan tasnya.
"Pak dokter capek ya? Mau Sisil buatin minum? Kopi? Susu? Atau teh?"
"Sisil sudah buatkan makanan untuk Pak dokter. Mau makan dulu atau mandi dulu?"
Namun, beberapa hari ini, Sisil seakan berperan seperti orang bisu. Tak akan bicara jika Aster tak bertanya dan menjawab pun hanya seperlunya. Memang benar, ekspresi Sisil tak ubahnya berseri, tapi auranya yang membuat Aster tak nyaman.
Mungkin orang lain tidak akan peka Sisil tengah marah, tapi Aster melihat dengan jelas bahwa Sisil kini sedang marah. Marah karena Aster yang terus bersikap plin-plan dengan perasaannya. Jika ada perlombaan tarik tambang, sudah pasti Aster menjadi pemenangnya karena pandai menarik ulur sesuatu.
Di hari weekend ini, Aster harus menghadapi kecuekan Sisil lagi. Asal kalian tahu, selama beberapa hari ini, Sisil tak makan bersama Aster. Entah itu Sisil makan setelah atau sebelum Aster makan, yang pasti Sisil benar-benar menghindarinya.
Seperti sekarang ini. Aster sarapan seorang diri. Entah kemana sosok yang biasanya mondar-mandir di dapur. Makanan pun rasanya jadi tak enak ketika orang yang memasaknya tidak ada.
Pernah satu waktu Aster protes soal rasa makanan. Aster kira Sisil akan membalasnya, tapi tanpa diduga Sisil malah delivery makanan dan merampas makanan Aster sambil bilang, "Gak usah dimakan lagi ya, Pak dokter? Nanti perut Pak dokter sakit."
Tentu saja Aster cengo di tempatnya. Nada bicaranya yang terdengar begitu sarkas, membuat Aster jadi lebih berhati-hati untuk bertindak lagi. Dari sana, Aster tak lagi berani protes. Padahal niat Aster hanya ingin menarik perhatian Sisil saja, tapi malah membuat suasana semakin keruh.
Selesai makan, Aster mencari-cari keberadaan Sisil. Rupanya gadis dengan rambut dicepol asal serta memakai overall dress bermotif bunga-bunga itu sedang menyiram tanaman yang belum tumbuh bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
Художественная проза𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...