Aster menghela napas berat saat melihat kantin rumah sakit yang sudah tutup. Kantin sudah sepi dan gelap. Ada beberapa waktu dimana kantin itu buka sampai 24 jam, tapi ada beberapa waktu juga buka sampai pukul 12 malam. Dan sekarang sudah pukul setengah tiga pagi. Jelas rumah sakit sudah sepi, hanya ada beberapa perawat di ruang UGD.
Aster sudah memutar otaknya untuk mendapatkan orange juice yang Sisil inginkan. Apa harus Aster membelinya di kafe tempat Sisil kerja? Aster bisa bilang kalo itu dari kantin rumah sakit saja. Karena orange juice tidak ada bedanya, sama-sama rasa jeruk.
Namun, saat Aster hendak keluar dari rumah sakit, ia tak sengaja melihat Darren yang masih memakai seragam operasinya. Yang menarik perhatiannya bukanlah wujud sepupunya itu, melainkan kantong kresek bening dengan isi warna jeruk yang menggantung di tangan kirinya.
"Ren!" panggil Aster.
Darren yang sibuk dengan ponsel, lantas menghentikan langkahnya dan menoleh. Ekspresinya memperlihatkan keheranan. "Lho? Ngapain lo ada di sini? Bukannya lo gak ada shift malem?"
Alih-alih menjawab pertanyaan itu, Aster malah menanyakan hal lain. "Di tangan lo apaan, Ren?"
"Oh, ini?" Darren memperlihatkan minuman yang ada di dalam kantong kresek itu. "Gue tadi beli orange juice ini di kantin, tapi keburu ada operasi darurat. Baru aja sekarang gue mau ngadem sambil minum ini di luar."
"Orange juice?" Aster seperti mendapatkan titik terang dalam permasalahannya. Minuman yang ada di tangan Darren adalah sesuatu yang dicari oleh Aster. "Masih dingin?"
"Gue simpen di kulkas tadi." Darren mengerutkan keningnya, makin heran saat Aster terus memandang minumannya. "Kenapa emangnya?"
Aster memegang bahu Darren dengan tatapan bahagia. "Sebelumnya gue mau minta maaf dan berterima kasih."
Karena risih, Darren berusaha menepis tangan Aster, tapi tidak mempan. "Apaan sih? Lo kenapa jadi aneh gini?"
"Orange juice-nya buat gue aja."
"Enak aja. Gue pengen banget minum ini dari tadi siang, baru mau minum sekarang. Gak!" Darren menolak sambil menyembunyikan minuman itu di belakang tubuhnya.
"Ren ... Please, orange juice-nya buat gue aja."
"Gak!"
"Ren!"
"Sejak kapan lo suka orange juice? Lagian lo bisa beli lagi besok. Enak aja, pokoknya gak mau."
"Ren, please ini urgent banget."
"Lo kenapa sih? Maksa banget jadi orang."
"Gue butuh orange juice-nya sekarang."
Darren masih merasa aneh. "Ngidam lo? Segitunya pengen orange juice."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
Ficción General𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...