Aster mengujungi bayinya di ruang NICU. Berbagai peralatan medis terpasang untuk menunjang hidup bayinya yang belum bisa beradaptasi dengan dunia karena kelahirannya yang prematur. Namun, meski begitu, dokter mengatakan bahwa tanda vital bayinya normal, dan bayinya cukup sehat untuk ukuran bayi yang lahir prematur.
Bayinya itu tertidur begitu nyenyak di dalam inkubator. Tangan Aster masuk ke dalam untuk meraih tangan kecil itu. Di balik maskernya Aster tersenyum haru dengan sorot mata yang berlinang. Detak jantung yang tersuarakan oleh monitor begitu merdu. Sebab, detak jantung itu menandakan bahwa bayinya sehat dan hidup.
"Alby Bumantara Adinata," ucap Aster dengan suara rendah. "Itu nama kamu, Nak. Panjang umur dan teruslah sehat ya?"
Aster tertegun dengan mata yang mengembang saat merasakan remasan samar pada salah satu jemarinya. Bayinya seolah merespon apa yang Aster katakan. Aster melirik jarinya yang masih dicengkram ringan oleh Alby. Rasa haru terus menguasai hatinya hingga membeludak dan menimbulkan rasa ingin menangis.
Akhirnya air mata meluncur dengan bebas melewati maskernya. Baru kali ini, Aster dibuat nyaris kehabisan air mata oleh Sisil. Aster yang jarang sekali menangis, kini menjadi lelaki yang paling cengeng. Mungkin, jika ada di sampingnya, Sisil pasti mengejeknya dengan kata 'lebay'.
Alby adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan padanya lewat Sisil. Tentu saja Aster merasa bangga sekaligus gembira atas hadirnya Alby. Aster tak berhenti melihat wajah mungil yang menggemaskan itu. Namun, di sisi lain Wajah polos nan suci itu membuat Aster merasa bersalah semakin dalam, lantaran Aster sempat berpikir bahwa Alby bukan darah dagingnya.
Sisil pernah mengatakan sesuatu pada Aster beberapa pekan yang lalu. Sisil tiba-tiba membuka obrolan di tengah malam yang dingin, di saat hujan sedang deras-derasnya membasahi atap rumah. Sebab, revolusi bumi mulai memasuki musim penghujan.
Dalam pelukan Aster di bawah selimut, Sisil memanggilnya. "Pak Suami."
"Apa, sayang?"
"Baby Unyil akan lahir dengan selamat dan sehat. Jangan khawatir ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...