Seakan tak mau kalah, tabiat menyebalkan itu kembali lagi pada Sisil. Sisil kembali pada jiwanya yang banyak mau. Namun, Aster yang dikaruniai kesabaran setebal catatan dosanya Darren itu, selalu menuruti kemauan istrinya yang terkadang diluar nalar.
Pernah kala itu, Sisil tiba-tiba ingin makan buah rambutan, tapi Aster wajib memotong rambut-rambut pada buah tersebut. Aster sebenarnya ingin protes, tapi tetap ia lakukan dan menggunting semua rambut buah rambutan hingga gundul.
Sebab, setiap melihat wajah Aster yang hendak protes, Sisil akan mencibir, "Katanya 'samudra akan saya seberangi dan gunung akan saya daki untuk memperjuangkan cinta kamu'. Halah! Ketimbang gundulin rambutan doang Pak Suami langsung mau protes!"
Muka Aster langsung pasrah pada saat itu. Aster menggunduli satu kresek buah rambutan di tengah malam. Seperti kebiasan dari dulu-dulu, Sisil selalu minta ini itu di tengah malam, di waktu-waktu Aster beristirahat. Sungguh menguji kesabaran.
Pula ketika pagi-pagi buta, di saat Aster baru saja memejamkan matanya, Sisil seakan tak pernah lelah untuk mengungkapkan setiap keinginannya.
"Sisil pengen minum susu beruang, tapi Pak Suami yang peras susunya."
Aster yang setengah sadar, menghela napas lelah, dan matanya masih enggan terbuka. "Gak sekalian aja susu harimau, Sil? Biar saya peras susunya sebelum nyawa saya melayang."
"Ih apaan sih? Ngomongnya kok kayak gitu?" tegur Sisil.
"Ya habisnya permintaan kamu selalu aneh-aneh. Kenapa sih?" Aster membuka mata, melirik Sisil yang setengah rebahan di sampingnya.
"Ini juga bukan kemauan Sisil. Anaknya Pak Suami yang mau!" Sisil berkata dengan penuh penekanan di akhir kalimat. "Yaudah, kalo gak mau. Gak usah!"
Dalam hatinya Aster bergeremat, ingin sekali meremukan sesuatu. Untungnya, Aster mampu menahan emosinya yang nyaris meledak. Kalo tidak cinta, sudah pasti Aster membentak dan memarahi Sisil yang punya kemauan aneh-aneh. Akhirnya, Aster meng-iya-kan permintaan itu, masa bodoh nantinya dapat atau tidak, yang penting Sisil tidak merajuk. Sejujurnya, Aster hampir kehabisan cara untuk membujuk Sisil.
Darren yang tak penting dalam hidupnya, selalu saja menjadi saksi kerisauan Aster di rumah sakit. Bocah itu selalu muncul di waktu-waktu yang tidak tepat. Seperti, ketika Aster ditelepon oleh Sisil untuk meminta dibelikan buah manggis yang isinya harus ada lima, tidak boleh lebih atau kurang. Darren tampak puas melihat abang sepupunya yang dibuat hampir gila oleh sang istri yang tengah berbadan dua.
"Masih ada dikandungan aja udah bikin stress, Pas brojol nanti kira-kira anak lo gimana ya?" ucapnya dengan rasa penasaran.
Aster kini duduk di meja kerjanya dengan air muka yang kebingungan memikirkan cara mendapat susu beruang. Sepupunya yang tengah ngemil cimory itu, sudah duduk santai di ruangannya tanpa diundang dan berceletuk demikian. Aster sebenarnya tidak terlalu memikirkan bagaimana anaknya nanti ketika lahir, yang terpenting adalah kesehatan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...