Hari ini Aster berjanji akan menemani Sisil untuk memastikan kehamilannya, seperti yang direncanakan malam tadi. Sebelum Sisil pergi ke rumah sakit, Aster menginteruksikannya untuk langsung menunggu di depan klinik poli kandungan. Sudah setengah jam Sisil menunggu, tapi Aster tak kunjung datang juga.
Berkali-kali dihubungi, Aster tak pernah menerima panggilan atau membalas pesannya. Hingga sampai pada giliran Sisil untuk masuk dan diperiksa, Aster benar-benar tidak ada. Apa mungkin Aster melupakan janjinya? Jika iya, suaminya itu benar-benar keterlaluan.
Di ruang pemeriksaan, Sisil diperiksa oleh seorang dokter obgyn perempuan yang mungkin umurnya sudah masuk kepala empat, karena beliau terlihat senior. Garis wajahnya yang terlihat lembut dan ramah itu membuat Sisil merasa nyaman untuk menjalankan seluruh proses pemeriksaan. Usai dengan itu semua, Sisil kembali duduk di depan dokter yang tengah melihat rekam medisnya di depan layar komputer.
Beberapa saat dokter yang bernama Rita itu terdiam. Lalu, menghadap sepenuhnya pada Sisil. "Dari gejala-gejala yang kamu sampaikan dan setelah saya periksa dari sample darah, kamu memang hamil. Di hitung dari kapan terakhir kali kamu manstruasi, usia kandungan kamu baru masuk pekan ke-4. Masih sangat muda dan rawan sekali jika kamu terlalu banyak mengeluarkan energi," tuturnya secara rinci.
Ekspresi wajah dokter Rita seketika berubah setelah melihat layar komputer untuk kedua kalinya. "Tapi ... ada satu masalah."
Sisil mengangkat kedua alisnya, tertarik mendengar lebih lanjut. Raut wajah cemas itu sangat jelas terlihat di wajah dokter Rita. Beliau menghela napas ringan sebelum kembali berkata, "Kamu memiliki riwayat penyakit jantung. Penyakit kronis ini sangat beresiko pada bayi yang sedang kamu kandung."
"Jadi, saya harus bagaimana, dok?" Sisil meremas tangan di pangkuannya dengan gelisah.
"Kamu jangan terlalu khawatir, sejauh ini semuanya masih baik-baik saja. Tapi di samping itu, ada obat-obat yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Kamu bisa memberitahu dokter yang menangani masalah jantung kamu untuk tidak menambahkan obat yang tidak boleh dikonsumsi ke dalam resep," jelas dokter Rita.
"Iya, dok."
"Sayang sekali kamu datang sendirian untuk pemeriksaan ini. Seharusnya kamu datang bersama dokter Aster sebagai suami, tapi dokter Aster memberitahu sebelumnya kepada saya kalau beliau tidak bisa ikut menyaksikan karena jadwal operasi yang mendadak dipercepat."
Dokter Rita menjawab keresahan Sisil terhadap Aster yang mengingkari janjinya hari ini. Rupanya ada alasan di balik itu. Dokter Rita memang sudah mengenal Sisil sebagai istri Aster. Sebab, pagi tadi, Aster meminta secara khusus pada dokter Rita untuk menjadi dokter pribadi istrinya.
"Oh ya, dokter Aster secara khusus mempercayakan kamu kepada saya." Dokter Rita tiba-tiba terkekeh pelan. "Padahal ada yang bisa lebih dipercaya dari pada saya, lho. Yaitu dokter Darren sebagai keluarganya. Kamu tahu apa yang dokter Aster bilang saat saya tanyakan perihal itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...