Aster benar-benar melakukan ide yang diajukan oleh Sisil. Ya, Aster mengajak anak-anak untuk bermain. Terkhusus untuk semua anak laki-laki dibagi menjadi dua tim untuk bermain sepak bola di halaman yang luas.
Tim ke satu adalah Aster dan tim kedua adalah Liam. Anak laki-laki di sana berjumlah 10 orang, jadinya jumlah tim masing-masing adalah 6 orang termasuk Aster dan juga Liam.
Mereka sudah memulai permainan. Bola besar itu bergulir kesana-kemari menyentuh banyak kaki tanpa singgah lebih lama. Kebetulan sekali Aster satu tim dengan Gandi yang bibirnya lembek minta ampun. Sering kali ia menjelek-jelekan tim lawan yang kalah darinya.
Sedangkan Aster melihat kelakuan Gandi sesekali tergelak. Gandi itu memang moodboster semua orang disini. Celetukannya yang sering keluar tiba-tiba, selalu membuat seluruh anak-anak ingin menaboknya.
"Main pake kaki dong, jangan pake perut!" ejek Gandi pada Ropan yang berada di tim Liam. Ropan yang badan dan perutnya gempal, lantas mendelik tajam. Dengan tangan terkepal dan wajah berang, ia mengejar Gandi yang sudah berlari mengelilingi lapangan untuk menghindar.
"Ropan! Itu perut kamu ikut lari!" tunjuk Gandi.
Ropan berhenti beberapa saat, melihat perutnya sebelum kembali berlari mengejar Gandi. Semua orang menyoraki mereka, sebagiannya lagi tertawa melihat kelakuan kedua anak itu.
"Gandi!!! Ini perut ciptaan Tuhan juga! Kamu jangan menghina ya!" teriak Ropan marah.
"Iya emang ciptaan Tuhan, tapi Ropan makannya kebanyakan. Huhhh! Rakus!" Gandi memeletkan lidahnya.
Semakin berang, Ropan tak henti-hentinya mengejar Gandi dengan larinya yang lelet karena membawa beban di tubuhnya sendiri. Sedangkan Gandi malah terus berlari mengelilingi Aster yang sudah geleng-geleng kepala.
"Wleee! Wleeee! Ayo kejar aku!" Gandi menyembulkan kepalanya dari belakang tubuh Aster.
Sementara dari teras rumah, Sisil bersama anak-anak perempuan tak kuasa menahan tawanya. Sisil bahkan sudah memegang perut, geli melihat kelakuan Gandi. Namun, tawa Sisil mereda saat ia melihat Aster yang tak pernah menghilangkan senyumannya sejak bermain bersama anak-anak barang sedetik pun.
Senyuman dengan wajah yang dihiasi keringat itu membuat Sisil terpana di tempatnya. Ia sampai merasakan dunianya sunyi dan waktu berjalan lambat saat matanya terus tertuju pada Aster yang kaos putihnya sudah basah oleh keringat. Sesekali lelaki itu menyugar rambutnya yang terlihat sedikit bersinar di bawah terik matahari.
Di kala Aster meliriknya dengan mata menyipit karena silau, senyum itu makin mengembang. Hingga Sisil meremas jaket hitam milik Aster yang berada di tangannya untuk melampiaskan kegugupan dan detak jantung yang bertempo kian cepat.
Aster itu terlihat lain dari yang lain. Mungkin banyak orang tampan yang melebihi Aster di dunia ini, tapi spesies tampan dengan attitude yang baik seperti Aster itu jarang ditemui. Apalagi, Aster menyukai anak kecil. Mungkin ia akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya kelak. Tiba-tiba saja Sisil mengharapkan sesuatu yang terdengar mustahil. Ia berharap menjadi ibu dari anak-anak Aster nanti. Apakah mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife For Aster
General Fiction𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 genre : romantis, melodrama *** Di usianya yang nyaris kepala tiga, Aster tak kunjung memiliki tambatan hati. Masalah asmara di masalalu yang cukup sulit membuat Aster enggan membangun...