Happy reading 💎
Elyn terdiam kaku dengan wajah blussing mendengar kalimat yang keluar dari mulut Nathaniel. Ia berbalik menghadap kompor mulai membongkar isi kulkas yang berada di sampingnya untuk menutupi kegugupannya, jantungnya ikut berdetak tak karuan di sana.Ia hanya menemukan beberapa butir telur dan mie di dalamnya. Ia mengeluarkan itu semua untuk memasak seadanya.
Ia membuka bungkusan mie itu namun sebuah tangan menahannya, membalik tubuhnya menghadap cowok tampan yang sedang menatapnya dalam membuat ia gelisah sendiri.
Nathaniel memegang kedua bahu Elyn dengan tangannya. Ia menatap cewek itu dengan serius.
"gue nembak lo, gue mau lo jadi pacar gue tanpa penolakan"ucap Nathaniel.
Elyn melongo dengan perkataan cowok itu. Perkataan yang sungguh ajaib bagi seorang yang sedang menembak seseorang. Cewek itu ingin sekali memukul kepala cowok menyebalkan yang kelewat santai.
"gue nggak mau"Elyn berucap kesal, ia mau sedikit jual mahal dengan cowok itu.
Nathaniel mendorong Elyn hingga menempel di meja dapur. Ia menatap tajam cewek itu dengan tajam, Elyn meringis sakit pada punggung dan bahunya yang dipegang oleh Nathaniel dengan kuat.
"jadi lo nolak gue karena cowok lain gitu!?"ucap Nathaniel geram.
"lepasin, sakit tau nggak"ucap Elyn berusa mendorong tubuh tegap Nathaniel, namun apalah daya dirinya yang bertubuh mungil dengan kekuatan tak sebanding dengan Nathaniel membuat usahanya sia-sia.
"jawab gue Elyn!, siapa cowok itu?!. Nggak boleh ada seorangpun yang boleh milikin lo atau mereka akan habis di tangan gue"ucap Nathaniel.
Elyn melotot. Dalam hati ia menyumpahi cowok batu itu.
"lo kok semena-mena lo sih?!"ucap Elyn.
Nathaniel tersenyum sambil menepuk kepala Elyn tanpa memedulikan lirikan sinis dari Elyn, dirinya sudah dilingkupi rasa cemburu berlebihan. Beginilah jika seorang Nathaniel telah bucin akut pada seseorang.
"gue nggak peduli ucapan penolakan lo sebab sekarang dan selamanya lo nggak bisa lepas dari gue, karena lo sekarang pacar gue, milik gue"ucap Nathaniel dengan sekenanya.
***
Mobil Avanza milik Alaska terparkir rapi. Selenia turun dari sana menuju ke dalam. Alaska ikut menyusul mamahnya dengan wajah kusut lelah, setelah bekerja dan mau pulang, mamahnya menelpon bahwa mobil sang mamah mogok membuat ia menjemput Selenia.
"mamah pulang"Selenia masuk ke dalam. Ia menatap bingung rumah yang terasa sepi. Biasanya saat pulang anak bungsunya sudah duluan tergeletak rebahan di atas karpet berbulu di ruang tamu sambil memakan cemilan tempat ia berdiri.
"papah?"panggil Selenia.
Alaska merebahkan tubuhnya tengkurup di atas sofa dengan kondisi memprihatinkan.
Carlos keluar dari dalam kamar dipapah oleh Willna. Selenia langsung melepas paksa tangan Willna menggantikan posisi gadis itu. Carlos sedikit meringis karena kepalanya yang sakit. Selenia menendang kaki Alaska membuat lelaki itu mau tak mau duduk dengan wajah masam. Carlos duduk sambil memijit pangkal hidungnya.
"kita ke rumah sakit aja deh pah buat mastiin kondisi papah"ucap Selenia.
"nggak usah, papah cuman pusing saja, Willna sudah memberi obat pereda tadi"ucap Carlos.
"jangan-jangan bukan obat pereda lagi"ucap Alaska menatap Willna yang membuat gadis itu ketakutan.
"udah jangan bicara seperti itu, Willna sudah menjaga papah dengan baik sehari ini"ucap Carlos.
"si bontot mana pah?"tanya Selenia menatap sekeliling.
Carlos terdiam dengan perasaan bersalah. Betul kata Elyn, ia orang tua terburuk. Ia seharusnya tidak menampar putri kecilnya, seharusnya ia tak membentak dan menghina putrinya, seharusnya ia tak memberikan luka pada hati rapuh putrinya, dan harusnya ia mencari tau terlebih kebenarannya dahulu.
"pah? Bontot mana?"tanya Alaska.
"maafin papah, tadi pagi papah bertengkar dengan adek, membuat anakn itu pergi dan sampai sekarang belum kembali pulang"ucap Carlos pelan.
Selenia dan Alaska terdiam heran, mereka tak pernah melihat papahnya bertengkar dengan sibungsu. Biasanya Alaska lah yang bertengkar dengan Elyn. Alaska menatap Willna yang masih berdiri dengan tampang polosnya, mata tajam Alaska menyelidik gadis itu membuat Willna menunduk dalam.
"ini semua pasti gara-gara lo"ucap Alaska menunjuk wajah Willna membuat Selenia ikut menatap wajah anak selingkuhan suaminya dengan tajam.
"ini bukan salah Willna, ini salah papah. Papah udah menampar dan berkata sesuatu yang menyakiti hati anak papah itu"ucap Carlos.
Alaska terkejut begitupun Selenia.
"maksud papah apa?!"bentak selenia marah, seumur-umur ia tak pernah main tangan ataupun berkata menyakitkan pada kedua anaknya, ia hanya membentak memarahi dan mencubit anaknya bukan sampai menampar mereka."papah marah sama Elyn mah, papah mendapatkan perlakuan Elyn selama ini. Teman willna sering melihatnya di club sebagai kupu-kupu malam bahkan ada buktinya langsung di ponsel Willna, semalam Elyn belum pulang ke rumah dan baru pulang tadi pagi"jelas Carlos.
"tante jangan marahin Elyn, Willna nggak mau Elyn sedih. Sebenarnya Willna nggak mau kasih tau ini, tapi papah memaksa Willna. Sekali lagi tolong jangan marahin Elyn"ucap Willna dengan lembut dan lugu.
"DIAM KAMU SIALAN"teriak Selenia menunjuk wajah Willna membuat gadis itu mulai menangis.
"mah"peringat Carlos.
"kamu pikir saya percaya?!, saya ibunya yang melahirkan dan membesarkannya. Saya tau anak saya seperti apa. Kamu jangan berani main-main sama saya! Saya sudah diam dan memberi belas kasihan menampungmu di sini, bukan berarti kamu mencampuri urusan keluarga saya. KALAU BUKAN KARENA SUAMI SAYA, KAMU SEKARANG SUDAH MENJADI GELANDANGAN DI LUAR SANA"murka Selenia.
Alaska tersenyum jijik pada Willna yang menagis.
"saya mau lihat bukti yang lo maksud"ucap Alaska dingin.
Willna memberikan sebuah foto di mana Elyn tertidur di atas kasur bersama seorang lelaki asing tadi malam dengan Elyn berkondisi tertidur dengan pakaian masih lengkap namun lelaki itu sudah tak memiliki atasan.
"jadi karena foto ini papah membuat Elyn terluka?"ucap Alaska.
Prangg
Willna menatap nanar ponselnya yang hancur lebur tak berbentuk lagi setelah dibanting oleh Alaska. Sang pelaku tertawa sinis.
"biar abang jelaskan kebenarannya. Elyn bukanlah seorang murahan seperti perkataan papah. Elyn tak pernah melakukan hal sekotor itu. Foto itu memang asli namun. Kemarin malam Elyn memang telah membohongi kita, sebenarnya dia pergi ke club untuk menghadiri party teman kampusnya, itupun karena dipaksa dan terpaksa. Elyn dijebak oleh seorang lelaki hingga ia mabuk tak sadarkan diri hingga lelaki itu membawanya ke kamar. Aksinya tak jadi karena Nathaniel berhasil menyelamatkan Elyn tepat waktu bersama teman-temananya hingga Elyn tidak kenapa-napa. Soal Elyn belum pulang tadi malam, Nathaniel membawanya pulang ke rumah kuarganya karena takut kita memikirkan macam-macam"ucap Alaska menjelaskan dengan detail membuat rasa bersalah Carlos berlipat ganda.
"kenapa kamu langsung menyimpulkan?"tanya Willna dengan polos.
Alaska tertawa sebelum menatap jijik dan mengejek pada Willna.
"kamu pikir saya dengan mudahnya membiarkan adik saya keluar begitu saja? Dengan lingkuangan yang masih asing? saya mempunyai mata-mata di mana-mana untuk mengawasi adik saya, saya tak mau sesuatu terjadi pada adik saya satu-satunya"ucap Alaska tertawa.
"maafkan Willna. Willna tidak tau kebenarannya. Willna hanya diberitahu teman Willna, Willna pikir itu sungguhan. Tapi Willna lega mengetahui Elyn tak seperti itu"ucap Willna dengan polos sambil tersenyum.
"bullshit"dengus Alaska.
"sudah-sudah, papah harus bisa mendapat maaf dari adek atas kelakuan keterlaluan papah"ucap Carlos bersalah.
"lalu adek di mana sekarang?"tanya khawatir Selenia.
"mamah tenang saja, si bontot sedang bersama orang yang tepat dan melindunginya"ucap Alaska.
![](https://img.wattpad.com/cover/280712357-288-k687114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaelyn [END]
Teen FictionEntah merasa sial atau sebaliknya, Elyn harus berhadapan terus-menerus dengan Nathaniel, senior di kampusnya yang begitu menyebalkan di matanya, setelah adanya pertemuan pertama yang begitu disesali gadis itu.