35. [LIBURAN I]

1.9K 200 1
                                        

Happy reading 📖

Elyn menatap kamarnya yang sudah rapi. Ia menutup perlahan sambil menggeret satu koper mini dan menggenggam satu ransel kecil tempat ponsel dan dompetnya. Untuk beberapa hari mereka akan pergi berlibur seperti yang disampaikan Nathaniel waktu itu.

Ia duduk bergabung dengan keluarganya untuk sarapan pagi. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar menghiasi ruangan senyap itu.

Elyn tak mempedulikan papah dan mamahnya yang sering mencuri pandangan ke arahnya. Ia masih kecewa atas perlakuan mereka pada dirinya.

"mau kemana"

Carlos membuka suara saat ia telah selesai menghabiskan sarapannya.

"liburan bareng teman yang karena udah menang waktu itu"ucap Elyn seadanya tanpa menatap wajah lawan bicaranya.

"mah, Willna mau itu"rengek Willna menunjuk steak di depan Selenia.

Selenia dengan segera menggeser piring berisi steak daging itu ke arah Willna disambut binaran sumriangah gadis itu.

"makasih mah, Willna bahagia sekali"ucap Willna memandang Elyn. Namun yang dipandang hanya acuh, Elyn sangat yakin jika rubah itu menunjukan betapa menang dirinya, menyebalkan. Elyn menatap steak yang dimakan lahap oleh Willna, pandangan sendu tak dapat ia bendung. Biasanya, steak itulah yang selalu ia perebutkan dengan Alaska mengingat itu adalah makanan favoritnya.

"aku berangkat"ucap Elyn menarik kopernya meninggalkan mereka. Padahal Selenia sudah bersiap mengangkat tangannya untuk disalim oleh putri bungsunya seperti biasanya. Selenia menatap sendu punggung Elyn yang hilang di balik pintu. Carlos manatap nanar yang baru saja terjadi. Keluarganya tidak sehangat dan seberisik seperti yang dihebohkan oleh putri bungsunya, ia merindukan saat itu. Sementara Willna menyeringai dalam hati.

***

Elyn turun dari taxi setelah membayar sangkutannya. Ia menggerek kopernya menuju lapangan kampus yang sudah diisi oleh lima bus. Satu persatu dari mereka mulai masuk dan duduk dengan nyaman.

Elyn menyenderkan kepalanya sambil matanya berkeliling mencari sosok yang sangat ia rindukan. Ia tersenyum hangat saat melihat Nathaniel masuk sambil linglung mencari tempat karena penuh. Tak lama pandangan mereka bertemu, Elyn menunjuk kursi di sampingnya yang kosong. Nathaniel hanya diam menuju ke sana. Namun, senyum Elyn lenyap saat Nathaniel melewatinya dan duduk di kursi belakang di samping Pevita.

Pevita dan penghuni bus lainnya heboh saat seorang Nathaniel mengabaikan seseorang yang berstatus pacarnya dan memilih duduk di tempat lain. Pevita langsung salah tingkah saat Nathaniel duduk di sampingnya. Jantungnya berdebar saat aroma maskulin khas Nathaniel masuk ke dalam indra penciumannya.

Gadis itu sebisanya mungkin bersifat tenang dan anggun menjaga attitude di dekat cowok itu.

Sementara Elyn hanya terdiam menatap nanar pada bangku kosong itu. Apakah sebegitu benci dan tidak percayanya Nathaniel padanya? Elyn hanya bisa menghela napas.

Bus yang mereka tumpangi mulai meninggalkan arena kampus. Elyn memilih menutup mata berharap rasa sesak di hatinya hilang, hingga ia tak sadar jika matanya mulai memberat dan dirinya mulai terbawa ke alam mimpi.

Nathaelyn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang