21. [TAMPARAN]

3.1K 314 2
                                        


Happy reading 📖


Elyn mematung tampak memegang pipi sebelah kirinya yang berdenyut nyeri, ia terkejut saat menatap pelaku yang ternyata papahnya sendiri. Ini adalah pertama kalinya papahnya main fisik. Matanya mulai berkaca-kaca menatap sang papah yang menatapnya dengan tajam bercampur amarah. Ia menatap sekeliling mencari sang mamah dan Alaska namun kedua orang itu tidak ada karena telah pergi bekerja, yang ia lihat adalah Willna yang berdiri di belakang papahnya sambil menatapnya sedih dan kasihan.

"papah kenapa tampar adek?"tanya Elyn berusaha menghalau air mata yang siap berembes keluar.

"kamu masih bertanya?!, apa yang kamu lakukan di club sana?, papah nggak pikir kamu sekotor itu! Papah nggak pernah ajarin kamu untuk menjadi kupu-kupu malam! Papah kurang apa selama ini?, semua kasih sayang, perhatian, dan materi papah kasih lalu apa yang masih kurang?. Sudah berapa lama kamu bekerja jual diri?!"murka Carlos tanpa tau kata-katanya berhasil melulai hati anaknya.

Air mata Elyn turun dengan deras, perkataan papahnya sungguh membuatnya sesak.

"papah jangan ngomong sembarangan! Adek nggak seperti yang papah bilang!"ucap Elyn membela diri.

"kamu jangan mengelak lagi, bukti sudah ada, teman Willna sering melihatmu di sana!"ucap Carlos membuat Elyn menatap Willna dengan wajah kembali datar.

"papah lebih percaya sama orang asing dari pada adek, anak kandung papah!. Papah sadar pahh, dia hanya memutilasi semuanya dengan wajah polosnya, papah nggak tau seberapa berbisanya anak dari pelakor itu"ucap Elyn menunjuk wajah Willna yang menunduk ketakutan.

Plakk

Wajah Elyn tertoleh ke samping sebelah kanan, kali ini tamparan itu lebih keras dari yang tadi, Elyn dapat merasakan rasa asin seperti darah yang bercampur pada air liurnya.

"jaga ucapan kamu, orang asing yang kamu maksud itu lebih baik dari kamu! Bahkan papah lebih baik punya anak walaupun dari selingkuhan papah dari pada anak kandung saya sendiri yang seorang ja**ng seperti kamu!"ucap Carlos menunjuk wajah Elyn dengan marah.

Hati Elyn hancur berkeping atas hinaan sang papah yang sudah terlanjut menyakiti relung hatinya. Ini adalah kata tersakit yang pernah diucapkan oleh seseorang, dan seseorang yang membuat itu adalah papahnya sendiri.

"adek benar-benar kecewa sama papah. Tapi yang perlu papah ingat anak kandung yang papah sebut ja**ng ini tidak seperti yang papah pikirkan. Selamat pahh, papah adalah orang tua terburuk karena lebih mempercayai orang asing yang baru dikenal dari pada anak kandung papah yang papah kenal luar dalam selama belasan tahun"ucap Elyn kecewa berbalik pergi meninggalkan Carlos yang mematung masih mencerna ucapan sambil menatap punggung putri bungsunya yang mulai menjauh meninggalkan mansion miliknya beralih menatap tangan yang sudah menampar itu dengan bergetar tak lama pusing menyerang kepalanya membuat kesadarannya perlahan menghilang.

Sementara Elyn yang yang sudah menjauh berlari sampai ke halte dengan tangisan miliknya, untungnya halte tersebut sepi. Ia duduk disalah satu bangku sambil memeluk kedua lututnya. Ia sungguh tak menyangka papahnya lebih mempercayai orang asing itu dari pada dirinya. Mengingat semua perkataan menyakitkan sang papah membuat tangisannya tak kunjung berhenti, ia memukul dadanya berharap rasa sesak itu menghilang.

Cuaca yang tadinya cerah kini mendung seakan ikut sedih merasakan batapa sakit dan kecewanya gadis itu. Angin berhembus kencang dengan pepohonan yang menari-nari diikuti kilatan petir. Tetesan demi tetesan anugrah Tuhan mulai membasahi permukaan tanah dengan deras. Elyn yang masih menangis meringkuk memeluk tubuhnya yang mulai kedinginan.

"lo ngapain do sini, lo mau sakit!"

Suara bentakan disusul sebuah jaket yang menyelimuti tubuh Elyn yang bergetar kedinginan. Elyn mendongak dengan wajah sembab yang masih sesegukkan. Cowok itu, Nathaniel menatap Elyn galak yang sedetik kemudian menarik Elyn berdiri. Direngkuhnya tubuh mungil gadis itu dengan tangan yang satu sedangkan yang satunya memegang sebuah payung. Nathaniel membawa Elyn berlari menerobos hujan di mana mobil miliknya terparkir asal-asalan.

Ia memasukkan Elyn ke dalam lalu memutari mobil menuju kursi pengemudi.

Nathaniel mengelap kapalanya yang sedikit basah lalu menatap Elyn yang menatap keluar dengan kosong sesekali sesegukan. Cowok itu menyalakan mobilnya menuju villa keluarganya yang berada cukup jauh dari sana.

Selama di perjalan hanya di temani keheningan dari kedua oknum yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hingga satu jam lamanya mereka tempuh akhirnya sampai ke tempat tujuan.

Villa berlantai satu yang terbuat dari kayu berkualitas dengan desain ala abat pertengahan menyambut kedatangan mereka. Hujan yang tadi deras sudah berhenti beberapa waktu lalu meninggalkan suasana sejuk nan damai.

Elyn menatap bangunan di depannya dengan kagum, ia seakan terbawa berfantasi ke abad pertengahan seperti yang sering ia lihat di film-film. Halaman yang luas dengan tanaman hias yang bersih dan nyaman menyuguhkan pandangan mereka. Villa ini memang sekali seminggu dibersihkan oleh pembantu di rumah Nathaniel.

Nathaniel menarik tangan Elyn menuju pintu kayu dengan ukiran naga yang sedang bertarung dengan seorang dewa. Saat pintu terbuka, Elyn sesaat melupakan masalahnya karena dibuat kagum oleh villa yang tidak terlalu besar itu.

Elyn tanpa sadar melangkah lebih masuk mengamati setiap inci villa itu, di sana terdapat perapian dengan kursi rotan di sana. Bunyi lantai kayu yang berderit akibat diinjak Elyn memenuhi ruangan itu. Beberapa lukisan para dewa dewi Yunani terpampang indah di dinding. Elyn berhenti pada lukisan kuarga Walls.

"wahh keren, ini kakek nenekmu kah?dimana mereka?"tanya Elyn.

Nathaniel ikut menghampiri Elyn sambil melihat lukisan itu dengan seksama.

"yeah benar, mereka telah pergi"ucap Nathaniel.

"maaf"ucap Elyn.

"mengapa minta maaf, itu suatu pertanyaan bukan kesalahan"ucap Nathaniel.

Elyn tak menjawab, ia masih mengamati kelima orang di sana, pandangannya terkunci pada seorang bayi mengenakan kemeja putih berdasi kupu-kupu yang sangat imut.

"itu lo kan"ucap Elyn semangat menunjuk bayi itu.

"ya"ucap Nathaniel singkat.

Elyn kembali sibuk mengamati sekelilingnya dengan antusias. Ia menyentuh panah seperti persis di film fantasi.

"itu adalah buatan dari buyut keluarga Walls yang masih disimpan sampai sekarang"ucap Nathaniel.

"keren"puji Elyn.

"sudahlah cepat ganti baju di sana, ambil saja pakaian yang ada di lemari, itu punya bunda"ucap Nathaniel menunjuk bilik kamar.

Villa ini memiliki dua kamar, satu ruang tamu yang langsung terhubung dengan ruang makan dan dapur.

Tak lama Elyn keluar dengan pakaian santai tapi tak menemukan Nathaniel, indra penciumannya mencium bau tak sedap dari dapur. Ternyata Nathaniel sedang berdiri di depan kompor dengan spatula di tangannya.

"lo lagi apa"

Nathaniel terkejut lalu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Elyn menatap kuali yang terdapat telur yang sudah hitam alias gosong.

Elyn langsung mematikan kompor menatap Nathaniel yang sudah kembali datar. Elyn tersenyum geli.

"kalau nggak bisa masak mending nggak usah, gue nggak mau villa cantik ini kebakaran"ucap Elyn.

Nathaniel berusaha biasa saja walaupun dalam hati ia merutuki dirinya yang tidak bisa menggoreng sebutir telur. Elyn yang tak sanggup menahan tawanya melihat wajah Nathaniel yang memerah dengan wajah datar akhirnya tertawa lepas.

Nathaniel terdiam menata Elyn yang mengeluarkan tawa karena ulahnya, ia memegang dadanya di mana jantungnya bersemayam mulai berdetak kencang tak normal seperti biasanya.

Elyn yang tertawa seketika berhenti saat melihat Nathaniel diam sambil memegang dadanya.

"lo kenapa, mana yang sakit"ucap yn panik memegang kedua bahu Nathaniel.

Nathaniel menatap mata hazel yang indah dengan dalam, debaran di dalam sana makin menggila saja.

"lo benar gue sakit, gue mengalami penyakit jatuh cinta pada lo"

Nathaelyn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang