⚠️SEBELUM MEMBACA LEBIH BAIK DI MASUKAN KE READING LIST ATAU DOWNLOAD DULU YA! JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM SEMUANYA!⚠️
Menceritakan seorang lelaki bernama Arsenio Zeus Aldebaran-- sang ketua Graventas-- yang terkenal akan kekejamannya. Seorang lelaki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
45. Penyusup? Terhitung sudah empat hari setelah acara camping yang di lakukan oleh dua sekolah tersebut. Dan selama tiga hari itu juga hubungan pertemanan Arsen dan Aca semakin renggang.
Bukan hanya karna satu dan lain hal, tapi karena Tya dan segala cara yang dia lakukan agar membuat Arsen dan Aca semakin menjauh.
Siang ini, Arsen sedang terduduk di pinggir kolam renang rumah nya, dengan kaki yang masuk ke dalam kolam tersebut.
"Ada apa, boy? Graventas?" tanya Ayah yang datang dengan secangkir kopi di tangannya.
Arsen menggeleng. Melihat anak nya yang dari tadi pagi hanya diam dan sekarang pun masih, Ayah mengernyit bingung.
"Then what?"
"Arsen gak bisa jadi kayak Ayah yang selalu berhasil untuk pegang omongan dan janji nya sendiri," kata Arsen dengan tangan memainkan air.
"What happened, boy? Cerita aja," Ayah menyeruput kopi nya.
"Arsen pernah janji sama temen, tapi Arsen malah langgar janji itu sendiri." anak sulung itu menghela napas.
"Emang kamu janji apa?" Ayah bertanya.
"Janji untuk ga egois, ga emosian, dan ga gegabah dalam menyelesaikam sesuatu, Yah." jawab Arsen, menunduk.
"Gini. Seumuran kamu memang sedang di fase unstable. Ayah juga pernah ada di fase itu saat seumuran kamu. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan dan melanggar janji. Tapi yang penting adalah gimana kamu memperbaiki dan melaksanakan janji yang belum sempat kamu tepati itu."
"Jadi... Arsen harus minta...maaf?" jawab Arsen, ragu ragu.
Ayah mengangguk, "Go ahead."
Arsen berdiam dan memikirkan semua nya sebentar. Setelah semua nya sudah matang, dia bangkit berdiri hendak pergi. Namun, langkah nya terhenti dan dia menatap Ayah.
"Kalo dia gak maafin Arsen gimana, Yah?" tanya Arsen, lesu.
Ayah menepuk jidat, "Kamu ini kenapa jadi cemen begini sih? Itu urusan belakangan, yang penting sekarang kamu minta maaf yang tulus."
"Yaudah deh! Pamit dulu, Yah!"
Melihat si Sulung yang pergi dengan senyum yang mengembang, membuat Bunda mengernyit bingung dan menghampiri suami nya.