Aku akan menghancurkan dunia untukmu, Aku bisa memberikan puluhan bola mata dan daging yang tidak berhenti bekerja, Jadi katakan pada semua makhluk bernapas di dunia, Jangan sampai mereka menyentuhmu.
-Ardelle Chastine Garneta-
Gio yang sedang menunggangi kuda tiba-tiba berhenti. Ia menoleh kebelakang, tempat di mana bangunan mansion besar berada. Wajah lelaki itu terlihat sangat serius, padahal tadi ia baru saja tertawa mengejek Zayan karena kalah dalam pertandingan berkuda.
“Ada apa Gio?” Zayan menghampiri, menatap penuh tanda tanya pada sahabatnya itu.
Gio balik menoleh pada Zayan. “Zay, apa kau tak dengar apa-apa?” sebutnya seolah baru saja mendengar bisikan setan atau melihat penampakan hantu di siang bolong.
“Hah? Apanya?” heran pemuda itu. Sedikit menunduk dan mengelus kuda berwarna cokelat terang yang ia tunggangi.
“Tadi … aku mendengar suara tembakan, sepertinya,” jelas Gio dengan nada meragukan. Ia menggaruk kepala, tidak mengerti kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak. Seperti telah terjadi sesuatu yang buruk.
Mendengkus kasar, Zayan memutar kudanya, kembali menghadap arena balapan. “Mungkin perasaanmu saja atau itu suara dari arena latihan menembak. Di mana, ya itu? Ah, pokoknya tidak mungkin terjadi apa-apa. Ayo lanjut lagi, putaran ketiga! Aku tidak akan kalah kali ini!”
Gio masih tidak merasa puas dengan jawaban itu. “Arena menembaknya kedap suara kata Leon,” sanggahnya yang hanya dapat ia dengar sendiri. Gio kembali menoleh ke belakang. Setelah dirasa tidak medengar suara lagi, ia membalikkan kudanya, memberikan kode agar kuda cokelat gelap yang ia tunggangi itu bergerak.
Namun, baru beberapa langkah, kembali terdengar suara tembakan yang samar. Gio begitu hapal suara seperti ini, dia lahir dan tumbuh besar dalam keluarga yang tidak pernah lepas dari yang namanya senjata, apalagi pistol. Bahkan hanya dari suara tembakan saja Gio dapat menebak pistol jenis apa yang digunakan.
“Zay!” Lelaki itu berteriak nyaring.
“Apa!”
Gio meneguk saliva, berharap kecurigaannya tidak terbukti, tapi mereka harus tetap memastikan. “Ikuti aku!” serunya lantas langsung memacu kuda, meninggalkan area begitu saja. Gio dengan cepat melesat ke arah sumber suara dengan hara-harap cemas.
“Heh, si gila itu! Kau mau ke mana!” Walaupun Zayan mengeluh, ia tetap mengikuti jejak Gio dengan kudanya. Mereka bahkan mengabaikan teriakan paman-paman yang menjaga area berkuda itu.
“Gio, si sinting itu awas saja kalau dia malah bikin masalah untukku!” cicit Zayan begitu tidak sadar diri.
“Ha! Ha!” Gio semakin memacu kudanya dengan cepat, ia bahkan menerobos begitu saja jemuran puluhan selimut putih milik para pelayan. Untungnya pemuda ini tidak menabrak satu pun orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN || Mental Game
Mystery / Thriller[COMPLETE] WARNING! Bagi yang masih di bawah umur tidak dianjurkan membaca ini.) Ketika mental dan psikologis manusia dijadikan mainan semata. Sisi gelap dari dunia dengan pertumpahan emosi serta keringat berdarah. Di mana membunuh atau dibunuh menj...