40. Pengumuman Terbuka: Resminya Sang Penerus

134 33 5
                                    

Aku mengumpulkan dirimu sehingga muncul di ambang pintu,
Namun kau menghilang dalam pelukanku,
Lagi-lagi kita harus mengulangnya dari awal.

-Ardelle Chastine Garneta-

-Ardelle Chastine Garneta-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Doppleganger. Sebuah teori mengatakan, bahwa tiap manusia yang hidup di muka bumi ini memiliki setidaknya tujuh kembaran yang ada di berbagai belahan dunia tanpa saling mengetahui. Dan mungkin sebagian besar tidak akan pernah bertemu dengan duplikatnya.

Maka tidaklah sulit bagi seorang Leon yang diam-diam percaya pada teori gila itu untuk menyulap Eveline menjadi seorang Zeine.

Karena pada dasarnya kedua perempuan itu sudah mirip, perbedaan paling ketara hanyalah tinggi badan. Zeine lebih tinggi dari Eveline, tapi tentunya hal itu bisa diatasi dengan mudah—menggunakan sepatu dengan hak misalnya.

“Menurut Daniele Podini, seorang ilmuwan forensik dan pakar wajah di George Washington University,” sebut Leon memandangi Eveline takjub. “walaupun fenomena doppleganger ini belum bisa dibuktikan secara sains, akan tetapi kemungkinannya ada tidak dapat dipungkiri. Dengan alasan banyaknya jumlah manusia dan fakta bahwa genetika manusia bekerja secara acak,” lanjut pemuda jenius itu lagi.

“Ternyata dugaanku memang tidak salah,” tutup Leon, menyisir rambut Eveline dengan jemarinya.

“Bagaimana jika ketahuan?” Gio yang duduk di pojok sana angkat bicara, melangkah mendekati kedua insan di depan kaca raksasa.

Eveline balik menatap Leon, menanti jawaban dari si Jenius yang malah terkikik-kikik itu.

“Tidak akan, just believe me, okay?”

How I can do that suck thing?” desak Gio, menuntut penjelasan lebih.

Leon langsung terkekeh, mengangguk-nganggu, setuju dengan keraguan sahabatnya itu. “Coba jawab pertanyaanku, apa menurutmu Zay dekat dengan Zeine?”

Kening Gio langsung berkerut dalam. “What do you mean?”

I mean ….” Langkah Leon mengarah ke hadapan Gio, tinggi mereka setara untuk saling menusuk dengan pandangan. “Apakah kau pikir mereka sungguh mengenal satu sama lain? Are you sure that Zay love his sister?”

Pertanyaan yang berhasil membuat benteng keraguan pada diri Gio runtuh seketika. “Tapi bagaimana kau bisa tahu?”

“Mata ini,” bangga Leon menunjuk netra kehijauannya. “bisa mengintip sedikit, hal-hal yang cukup merepotkan,” terangnya tidak jelas sama sekali.

“Hah, whatever. Cepat selesaikan saja, aku akan menemui Zay.”

Leon kembali menghampiri Eveline dengan senyuman ramah. “Zay sedang berada di area latihan berkuda.”

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang