18. Love is a Beautiful Shit

523 61 26
                                    

“Cinta adalah kontradiksi, ia bisa menjelma menjadi senjata paling ampuh untuk menghancurkan hidup banyak orang.”

-Gioreno Dendarta-


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Bukankah cerita cinta anak SMA antara siswa tampan yang populer dan siswi cupu si Kutu Buku sedang hangat-hangatnya saat ini? Iya. Begitu banyak  yang menggemari cerita klise di mana laki-laki tampan tersebut mengabaikan banyak perempuan cantik karena tertarik dengan satu insan yang dianggapnya unik—berbeda dari yang lain.

Cerita yang membuat banyak kaum hawa berfantasi ria. Berharap kejelekannya bisa diterima tapi dengan mirisnya kadang mereka lupa untuk menerima kejelekan orang lain juga. Terlalu fokus untuk berharap ada pangeran tampan yang suka pada mereka. Menjijikan, bukankah itu definisi tidak sadar diri?

Biasanya mereka memakai tameng 'mati rasa' ketika yang jelek mendekati tapi langsung jatuh cinta dengan pria tampan. Pfftt lucu.

Pertanyaannya, apa kau juga begitu? Apa kau berharap wajah jelekmu diterima tapi hanya oleh orang tampan saja? Karena nyatanya kau hidup dalam dunia fantasi menjijikan. Mendambakan cerita-cerita seperti di novel padahal author kau adalah Tuhan, bukan manusia. Marah? Silahkan saja. Diterima dengan lapang dada.

“Sungguh? Wah … hati-hati, Haina, jangan bawa perasaan begitu. Kulihat dia memang lelaki yang ramah pada siapa saja. Tipe-tipe orang yang tidak bisa dimiliki,” pengaruh teman sebangku Haina—Yupen.

Haina langsung tertunduk lesu. “Iya-iya. Memang aneh kalau dia malah tertarik padaku yang seperti ini,” malu gadis itu pada diri sendiri. Kandas sudah cinta pada pandangan pertamanya di masa seindah SMA.

“Lagian kau kira kita hidup di novel apa? Mana mungkin ada murid baru pintar dan tampan yang tiba-tiba tertarik pada orang seperti kita,” sergah Yupen lagi. Matanya masih menatap penuh dengki susu pemberian Leon pada sahabatnya ini.

“Jadi … aku harus bersikap bagaimana pada ini?” lirih Haina mengangkat susu kotak rasa pisang itu.

“Buang saja, di luar sana ada bak sampah besar!” usul Yupen langsung.

Haina terlihat ragu. “Ini rasa yang tidak familer. Rasa favoritku, bagaimana dia tahu, kan?” yakinnya untuk terakhir kali.

Yupen mendengus sebal. “Sini, berikan padaku!” beonya galak. Tangannya ingin meraih susu tersebut tapi Haina menghindar dengan cepat.

“Ti-tidak, biar aku saja yang buang.”

“Aku akan mengantarmu.”

Kedua siswi itu menggerakkan tungkai ke luar kelas, di samping koridor yang tinggi, ada bak sampah besar. Itulah tujuan mereka. Yupen bersidekap, menunggu Haina yang meragu hanya untuk membuang susu.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang