36. Keluarga Agnelo

198 37 19
                                    

Meski aku telah memandangimu, meraih tanganmu, merengkuhmu, dan menyentuhmu sekali pun. Aku hanya akan terjatuh semakin dalam dan semakin dalam. Benar, aku adalah pilihan terakhir untuk kau eliminasikan.

-Ardelle Chastine Garneta-


-Ardelle Chastine Garneta-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pijar baskara terlihat malu-malu, bersembunyi setengah diri di balik gumpalan kapas putih penghias langit bumi.

Ramalasn cuaca adalah mendung tanpa hujan. Cukup bagus bagi benda besi dengan baling-baling yang berputar kencang untuk membelah langit. Setidaknya, ya, tidak buruk-buruk sangat.

Benda yang diberi nama helikopter tersebut kemudian mendarat di sebuah lapangan luas setelah hampir dua jam mengudara.

Ketiga anak manusia yang menajdi penumpang di dalamnya segera turun, dan mereka langsung di sambut sederet pasukan—pelayan—yang berjejer rapi seperti para wartawan ketika menanti para bintang di samping karpet merah.

“Apa ini tidak berlebihan?” protes Gio tidak nyaman ketika tiap langkah dari kakinya  maka ada empat pelayan di samping kiri dan kanan yang menunduk.

“Memangnya kenapa? Ini bagus, aku merasa seperti raja, hoho!” Zayan menirukan tawa sok berwibawa di film-film kerajaam yang pernah ia tonton.

Leon menoleh ke belakang. “Kau tidak nyaman?”

Pemuda yang ditanya hanya bergidik ngeri. “Raja pantat kau. Aku malah merasa jadi hewan sirkus,” celanya tidak nyaman. Ia sedang menerka-nerka jumlah pelayan yang berbaris dari ujung ke ujung, mungkin bisa mencapai angka dua ratusan.

Mata Leon beralih pada Chastine di samping, gadis tersebut hanya memasang ekspresi kosongnya yang khas.

“Tidak perlu merasa bersalah,” gumam si mata hitam tiba-tiba, membuat Leon tersentak.

Mata mereka langsung bertemu dan kembali beradu.

“Mereka semua tidak akan menyalahkanmu,” ucap Chastine lagi. Meyakinkan tekad Leon agar tidak mudah goyah. Gadis ini tidak ingin melihat mataharinya  menangis dan terpuruk untuk kedua kalinya, seperti beberapa waktu silam.

Tersenyum miring, Leon beralih menatap lurus ke depan. “Jangan khawatir,” beonya dengan sirat mata seperti dapat menerawang masa depan. “Aku tidak akan gagal.”

“Gio … apakah kita ini obat nyamuk?” cicit Zayan yang merasakan hawa hangat dan seperti melihat bunga-bunga terbang di sekitar Leon dan Chastine yang berada di depan sana.

Orang yang ditanya hanya mengembuskan napas, terasa malas hidup. “Kau ingin jadi batu tidak? dikehidupan berikutnya?”

“Bersama kau? Ogah!”

“Anak babi!”


***


Mansion keluarga Agnelo sangatlah luar biasa. Keindahan pertama yang disuguhkan adalah teras dengan pemandangan yang sangat indah.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang