16. Seorang Anak Laki-Laki

531 78 38
                                    

“Bagaimana cara mencintai seseorang? Tanpa mengejar, Tanpa mengikat, Tanpa menyakiti. Karena kau adalah dewaku di bumi.”

-Ardelle Chastine Garneta-

-Ardelle Chastine Garneta-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Apa aku terlalu kasar? Batin Leon yang menatap lamat-lamat jejak kebiru-biruan pada pergelangan tangan Chastine. Memang, sih, kalau dingat-ingat lagi, dari pada menggenggam telapak tangan Chastine, Leon lebih sering menyeret gadis itu dengan menarik pergelangan tangannya. Hanya saja ….

Kenapa kau diam saja? Kenapa tidak protes?

Mata mereka bertemu tapi mulut masing-masingnya hanya diam membisu.

“LEONICK AGNELO!!”

Teriakan murka dari dua kelinci percobaan Leon di belakang sana membuat lonceng kematian dirinya berdentang kuat. “Haha.” Ia pun hanya bisa terkekeh ringan.

“Maaf-maaf. Nanti kujelaskan, kita pilih pintu berikutnya dulu.”

Menahan kesal yang sudah naik ke ubun-ubun, Gio dan Zayan menatap Leon seolah bisa membakar lelaki tersebut detik itu juga. Kalau dihajar sama saja dengan bunuh diri. Jadi, mereka harus bersabar sedikit untuk saat genting-genting seperti ini.

Mereka pun membuntuti Leon yang kini memilih pintu sisi kanan. Lalu pertanyaan segera muncul.

RIDDLE

Aku dan sepupuku menonton berita tentang kasus pembunuh berantai di televisi. Kali ini korbannya memiliki 13 tusukan. Sepupuku tertawa masam dan berkata, “Hitungan yang bodoh.” Mendengar hal itu aku segera bertanya, “Bagaimana kau tahu?” Namun bukannya menjawab, sepupuku malah tersenyum bengis dan menuangkan arak aquilegia ke gelas dan memberikannya padaku. Pupilku membesar, tanganku gemetar hebat meraih gelasnya.

Leon dengan sigap meraih knop pintu. Ia sudah menemukan jawabannya ketika Gio baru saja selesai membaca riddle dan Zayan baru membaca setengahnya saja. Betapa jeniusnya.

“Aku adalah pembunuh berantai itu dan sepupu dari aku mengetahui hal tersebut lalu meminta aku untuk membunuh seseorang,” jawab Leon lantang.

“Huh?”

“Tapi kan—”

KLEK. Pintu terdorong ke dalam, jawaban yang diberikan Leon benar. Lagi-lagi baik Gio maupun Zayan tidak habis pikir dengan satu makhluk bumi ini. Jika mereka yang menjawab mungkin salah satunya sudah mati duluan.

“Selanjutnya, pintu sisi kiri,” beo Leon yang segera diikuti oleh 3 anak bebeknya. Yah, anggap saja seperti itu. Sosok Leon memang memiliki aura dan karisma seorang pemimpin.

Mereka sudah di depan pintu, menghadapi pertanyaan baru.

“Duluan telur atau ayam”

Zayan segera protes, “ Wah … benar-benar! Hades mempermainkan kita!” geramnya meledak-ledak.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang