17. New Face

491 66 18
                                    

“Jangan menyelam terlalu dalam. Jika tidak ingin dibantu pulang.”

-Leonick Agnelo-

-Leonick Agnelo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






“Kalian akan dilepaskan di sekolah baru.” Hades masih saja berbicara ketus. Ia terlalu percaya diri bahwa dirinya mampu membunuh tim pertama. Namun ternyata tidak hanya selamat, bahkan Leon bisa mengetahui detail-detail permainan yang ia buat. Sungguh mengesalkan mengingat bagiamana para pemandu lainnya mentertawakan hal ini.

“Bukankah itu membuat kami bisa kabur?” heran Zayan.

“Tidak semudah itu. Ini adalah sekolah khusus, berada di satu pulau khusus, sama seperti sekolah kalian. Hanya saja ini tanpa ponsel, tanpa sinyal, dengan setiap perbatasan yang dijaga ketat.”

“Cih,” cibir Leon dan Gio bersamaan.

Alis Hades terangkat sebelah, di balik topengnya. “Kalian akan diberikan dua tugas. Jika gagal ….” Ia bersidekap. “Pulau ini akan dibumi hanguskan.”

Jantung Leon seakan mencelos ke lutut. Bukan main gilanya orang di balik permainan ini. Sebuah sekolah tentu memiliki murid yang cukup banyak, ia tidak ragu meratakan semua nyawa itu? Sebenarnya apa motif dan tujuan setan-setan sinting ini?

“Kau pasti bercanda.” Hanya reflek, Leon tahu persis kekejaman orang-orang ini.

Hades menggidikan bahu. “Satu tugas untuk kalian.” Ia melangkah mendekat, memberikan secarik kertas. “Satu untukmu, Nona Manis.” Lalu memberikan satu lagi tepat di tangan Chastine. “Ini khusus, jadi hanya kau yang boleh tahu,” tambahnya melirik pada ketiga lelaki di sana yang pastinya sedang penasaran.

“Kenapa begitu?” tajam Leon.

Lagi-lagi Hades menggedikan bahu. “Mana ku tahu,” sahutnya asal. Ini menandakan permainan selanjutnya bukan dari Hades, tapi dari orang lain yang berada di atasnya. Sial. Dia cukup pintar untuk menyembunyikan diri.

“Oh, iya, satu lagi. Kalian akan bertemu dengan tim lainnya, lho. Hanya saja tugas kalian tentu akan berbeda.”

Reflek saja Leon, Gio, dan Zayan mendesah. Helaan nafas berat keluar dari mulut. Keadaan tidak bisa lebih buruk lagi, kan?

“Waktu kalian seminggu.”

Kemudian Hades berlau pergi dari pintu di belakang mereka. “Semoga kalian bisa cepat mati,” harapnya sebagai tanda pamit.

“Apaan, sih, si sinting itu!” desis Zayan murka.

“Kita tidak ada pilihan selain mengikuti rulesnya.” Gio menatap pintu di depan sana yang tidak ada tulisan TUNGGU seperti sebelumnya lagi. Entah kenapa Gio merasakan fisarat buruk yang familier.

Apa, ya? Itu sedikit menganggu.

“Jadi, Kapten, apa misi kita?” Zayan menyela. Pasalnya temannya itu hanya diam saja menatap secarik kertas tadi. Sebahaya apa misi mereka, ya? Paling-paling Leon sendiri yang kerepotan seperti biasa. Selama Zayan tidak dijadikan kelinci percobaan seperti sebelumnya, semua aman damai tentram terkendali.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang