Aku rela membuang segalanya demi mendapatkanmu. Aku bisa menghancurkan banyak hal kalau untukmu. Aku mampu memberikan apapun hanya kepadamu. Matahariku.
-Ardelle Chastine Garneta-
“Jadi misi kalian adalah membunuh Chastine?” tanya Zev lagi, untuk memastikan.
“Iya,” sahut ketiga anggota kelompoknya hampir serentak.
“Ck.” Zev berdecak kesal, mengacak-acak rambut blondenya. “Jadi perempuan yang seperti putri salju bersama Leon itu benar-benar Chastine, ya? Mengejutkan sekali.” Ia sedikit prihatin pada nasib gadis itu sekarang. Harus berada di sisi Leon dan kini akan segera mati oleh kelompoknya.
“Zev,” panggil Allarick menyamakan langkah kaki mereka.
“Hm?”
“Kalau kau butuh bantuan untuk tugas khususmu, bilang saja, ya.”
Zev tergelak ringan. “Tugasku sangat mudah kali ini. Kalianlah yang harus menguatkan mental di hadapan gadis cantik. Jangan memperkosa mayatnya nanti,” peringat lelaki itu diakhiri senyum.
Kali ini Fillan yang tertawa keras. “Berarti sebelum itu boleh?” godanya dengan seringaian mengerikan.
Zev menggidikan bahu. “Terserah.” Akan lebih baik begitu karena ia ingin sekali menyulut emosi Leon. Pasti seru melihat wajah musuh bebuyutannya itu memerah karena kesal kekasihnya disentuh.
“Ki-kita akan melakukannya hari ini?” Lara, gadis dengan pipi chubby dan memiliki semacam bentuk roti di tangan dan kakinya itu memberanikan diri untuk bersuara.
“Oi, gajah.” Fillan merangkul gadis berbadan gempal itu. “Faster is better. Kita cuman dikasih waktu empat hari soalnya.”
“Aku sudah menyuruh orang lain untuk memintanya ke atap.” Allarick menunjuk gedung aula yang tengah mereka tuju. “Dan orang itu bilang Chastine setuju, lancar sekali. Padahal aku berniat mengancam atau menculiknya jika dia tidak mau,” jelasnya.
Fillan melepas dengan kasar rangkulannya tadi. “Pasti karena dia berpikir bisa melihat Zev kita yang tampan,” pujinya melemparkan lelucuan. Membuat kedua temannya langsung tertawa pulas.
“Baiklah aku cuman bisa sampai sini. Nanti malam kutunggu di asrama,” pamit Zev menghentikan langkah di depan pintu masuk aula sekolah. Jujur, timnya tidak sekali dua kali mengambil nyawa manusia bahkan sebelum permainan ini ada. Karena itu misi seperti membunuh Chastine jadi terlalu mudah dan remeh bagi anak-anak setan ini. Tak terkecuali Lara. Ia menyimpan dendam tersendiri pada semua wanita berbadan kecil atau kurus atau cantik.
Setelah menatap punggung Zev yang semakin mengecil, Fillan, Allarick dan Lara langsung memasuki aula yang kosong. Tanpa basa-basi lagi melangkahkan kaki menaiki satu persatu anak tangga. Tepat di depan pintu yang menjadi pembatas untuk ke atap, mereka berhenti serentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN || Mental Game
Mystery / Thriller[COMPLETE] WARNING! Bagi yang masih di bawah umur tidak dianjurkan membaca ini.) Ketika mental dan psikologis manusia dijadikan mainan semata. Sisi gelap dari dunia dengan pertumpahan emosi serta keringat berdarah. Di mana membunuh atau dibunuh menj...