12. Evil Than Demon

539 82 49
                                    

Ada hal yang lebih buruk daripada dikasihani orang lain. Yakni oleh diri sendiri.

-Ardelle Chastine Garneta-

-Ardelle Chastine Garneta-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





“Ternyata aku salah sudah meremehkan bocah ingusan itu.” Marco berdecak keras. “Bagaimana bisa dia tahu, heh? Anak-anak yang lain saja tidak!” keluhnya lagi dan lagi pada sang sekretaris setia yang tengah memijat—mengelus pundaknya.

“Pertama karena matanya. Kedua karena dia adalah kandidat utama, Anda lupa?” sahut sang sekrestaris dengan nada manja.

Menggeleng cepat, Marco memandang kesal pada layar monitor. “Orang itu benar-benar seperti Yang Mulia saat muda. Pantas saja.”

“Tuan ….” Wanita tersebut mengelus manja leher Marco. Mendongakkan pria itu lalu mengecup manis bibirnya. “Bukankah Nyona  Besar meminta Anda pulang malam ini? Berikan semua urusan pada saya.”

Tersenyum lebar, Marco mengusap pelan bibir tebal milik sekretarisnya. “Aria … kau benar-benar sesuatu.”

Tersenyum nakal, tangan Aria menelusup ke dalam jas atasannya dengan lembut. “Ingin servis seperti apa?”

Dan … mungkin tidak perlu dijelaskan sepanas apa senja itu mereka habiskan.

***

“Hah ….” Leon meragu mendorong pintu. Tangannya masih membeku pada knop itu.

What’s up?” tegur Gio. Menepuk pundak sang kawan.

Leon menoleh. “Jika kita melewati tantangan serupa, bukankah kita akan kelelahan?” Ia menunjuk Zayan yang masih tepar di sana dengan dagu.

Meringis pelan, ucapan Leon tidak ada salahnya. “Tanpa makan, minum, dan istirahat. ‘Mereka’ ini memang ingin membunuh kita rupanya.”

“Kata siapa?”

Suara asing melengking barusan membuat kedua remaja itu terlonjak kaget. Mereka serentak menoleh pada sumber suara. Di sana ada bocah kecil … seperti kartun—yang tentu dari hologram lagi, bukan? Mata besar si bocah menangkap mereka dengan sempurna.

“Kalian pasti lelah, kan, sudah menghancurkan tempat ini?” sindirnya dengan tersenyum manis.

“Apa-apaan omongan kasar itu?” Gio mencibir. Kehilangan ekspetasi terhadap lolly semanis gulali ini.

“Tiap kali melewati tantangan tertentu, kalian akan mendapat istirahat. Tandanya kemunculanku!” cicit si Lolly melompat kecil. Menunjuk dirinya sendiri. Tersenyum sampai menunjukan sederet gigi susunya.

“Silahkan masuk! Kakak senior sekalian akan bertemu dengan dua tim lainnya yang juga selamat!”

Mendengar hal itu seketika Leon langsung menerobos masuk. Penasaran akan siapa lagi yang menjadi korban permainan konyol ini. Sedangkan Chastine tentu saja membuntuti di belakang, dan Gio harus kembali menghampiri Zayan lalu menyeret manusia tersebut untuk ikut masuk melewati pintu.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang