44. Anthropie Satanisia

95 28 30
                                    

Semesta menempatkanmu untuk selalu berada di dalam bahaya, jadi aku berjalan lurus ke arah neraka, untuk melawan semua iblis di sana, membersihkan kursi sang penguasa.

-Ardelle Chastine Garneta-

“Leon, kau sedang apa?” tanya Zayan yang merasa kesepian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Leon, kau sedang apa?” tanya Zayan yang merasa kesepian. Entah ke mana rimbanya Gio, makhluk itu tiba-tiba saja menghilang.

Jemari pemuda yang ditanya tadi sedang menari dengan kecepatan tak masuk akal di atas keyboard komputer. Sampai-sampai Zayan berpikir kalau Leon hanya asal ketik saja agar terlihat keren.

“Ini? Aku sedang menganggu situs mereka,” sahut Leon menoleh dan mengulas senyum sekilas lalu kembali fokus pada layar di depannya lagi.

Merasa tertarik, Zayan pun mendekat lagi. Melihat barisan angka dan tulisan yang membingugkan di sana. “Mereka?” ulangnya dengan nada bertanya.

“Iya, situs pasar gelap yang menawarkan kepalaku dengan harga yang fantastis itu.”

Zayan langsung mengangguk paham. Kini ia hanya tertarik dengan suara jari Leon ketika menyentuh keyboard itu, terdengar seperti musik dengan ketukan yang sangat cepat.

“Kalau kau mencari Gio, tunggulah sekitar lima atau delapan menit lagi,” ujar Leon seperti dapat membaca pikiran Zayan.

“Eh? Kau tahu di mana anak itu sekarang? Aku tidak ingin menjelajahi kapal ini sendirian.” Zayan teringat dengan film horor di kapal selam yang pernah ia tonton.

“Tentu saja tahu.” Seulas senyuman miring tercetak jelas pada wajah tampan itu. “Gio sedang bercocok tanam,” imbuhnya lagi.

Satu detik.

Tiga detik

Lima detik.

“HAH!” respon Zayan dengan teriakan. Otaknya sedikit lambat melakukan proses dalam mencerna kalimat Leon barusan.

Tawa pemuda yang memiliki mata seperti kristal itu langsung pecah, iris hijaunya berbinar jenaka. “Kenapa? Kau iri?” Pertanyaan yang cukup menyebalkan.

“Ck! Hentikan itu! Aku masih sulit percaya kalau Gio bertunangan dengan guru paling cantik dan seksi di sekolah!” kesalnya dengan wajah tertekuk.

Leon melirik layar komputer lagi, apa yang ia kerjakan sudah selesai dan berhasil dengan baik. Mereka pasti kerepotan mengembalikan situs yang sudah ia take down itu. Setidaknya ini bisa menghambat para serangga yang gila-gilaan mengincarnya.

“Tapi tetap saja.” Zayan bersidekap dengan wajah sok serius. “Kenapa harus Gio? Tidak mungkin kan si BSK itu tertarik hanya karena wajah? Maksudku, aku lebih tampan, kan? Jadi kenapaaa! Kenapa harus Gio yang bisa menikmati tubuh indah itu!” rengek Zayan seperti bocah yang permennya direbut.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang