Lihatlah gelombang yang menari indah di laut lepas,
Saat kesunyian mencekam menyelimuti malam,
Dalam deruan angin yang bertikungan,
Apa yang kau lihat mengapa berbeda denganku?-Leonick Agnelo-
“Tusuk daging dengan garpu, lalu lumuri daging dengan dengan lada hitam, garam dan saos BBQ secara merata, diamkan semalaman dikulkas,” celoteh seorang wanita paruh baya yang memiliki kulit wajah layaknya perempuan usia remaja—kencang.
Ia tersenyum simpul sembari menggunting—membedah—perut boneka sapi seukuran bayi tiga bulanan.
Ia bersenandung melanjutkan ceritanya tadi dengan nyanyian merdu. “Rebus wortel dan jagung hingga setengah matang, lalu masukkan buncis rebus, rebus hingga matang, sisihkan.”
Iris hijaunya terlihat berbinar melihat potongan rapinya pada sang boneka sapi tadi.
Ia lalu mengeluarkan isi perut boneka itu yang berupa kapas lembut sembari tetap bernyanyi kecil. “Campur kentang yang sudah dihaluskan dengan keju, aduk hingga merata. Lalu sisihkan.”
Surai pirangnya tampak berpijar kala sinar baskara menyapa dari cela jendela. Terpaan angin yang menyusup rapi membuat wanita itu menoleh untuk memandangi dunia, di luar kediamannya. Lalu ia kembali fokus dengan mainan dan nyanyian yang belum selesai itu.
Jari lentiknya bergerak pada mata boneka sapi, lalu mencongkel mata itu ke luar dari rongganya dalam dua kali gerakan—menggunakan gunting yang sama untuk membedah perut boneka sapi.
Nyanyiannya berlanjut, “Panaskan teflon, beri margarin lalu panggang daging sampai matang baru di angkat. Sajikan bersama mashed potato, dan mix veggie.”
Wanita tersebut telah menyelesaikan lagunya, ia lalu mengangkat mata, memanahkan seluruh perhatian pada pria tinggi gagah perkasa di depannya yang selalu mengenakan pakaian serba hitam.
“Jason, kau sudah melakukan semua yang kuminta?” tanya wanita ini, maksudnya dalah memasak BBQ steak simpel. Lagu dengan melodi indah dan lirik aneh barusan.
Pria itu melepaskan masker, menampilkan wajah dengan bulu atau rambut yang tumbuh pada dagu dan pipi sampai telinganya. “Ada di dapur, ingin saya sajikan di sini?”
Wanita itu terkekeh pelan, mengibaskan jari telunjuknya. “Nanti, setelah aku memberi nyawa pada anak sapi ini,” ucapnya menarik meja bundar di samping. Di atas meja itu ada satu tabung kaca dan satu mangkuk keramik.
“Sekarang keluarga sapi sudah lengkap seperti keluarga kelinci, cacing, beruang, dan panda,” celoteh wanita itu mengambil gumpalan daging yang biasanya menjadi bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah—letaknya di dalam rongga dada sebelah atas. Ya, jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN || Mental Game
Mystery / Thriller[COMPLETE] WARNING! Bagi yang masih di bawah umur tidak dianjurkan membaca ini.) Ketika mental dan psikologis manusia dijadikan mainan semata. Sisi gelap dari dunia dengan pertumpahan emosi serta keringat berdarah. Di mana membunuh atau dibunuh menj...