2. Si Suram : Takdir yang Disengaja

1.5K 251 258
                                    

Kamu hidup dalam kegelapan, tapi tetap menjadi cahaya.

-Ardelle Chastine Garneta-

"Halo! Tuan Muda Agnelo! Apa kau sedang mengalami gangguan pendengaran atau semacamnya, huh?" teriak Zayan dengan suara melengking beroktaf-oktaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Halo! Tuan Muda Agnelo! Apa kau sedang mengalami gangguan pendengaran atau semacamnya, huh?" teriak Zayan dengan suara melengking beroktaf-oktaf. Ia tidak pernah bisa terlihat santai barang sedetikpun. Biang kerok dari segala kericuhan di kelas. Zayan Cleon C. Namun, suara cemprengnya yang menggelegar bagai sambaran petir itu berhasil menarik perhatian Leon kembali dari lamunannya.

"Well … sekilas aku memikirkan yang lain. Bisa kau ulangi?" sahut Leon dengan wajah sok polos dan jangan lupa ia memasang senyuman yang membuat orang seperti Zayan tidak dapat memarahinya. Dasar orang tampan yang curang dan licik.

Zayan berdecih kecil. "Entah kenapa dan bagaimana Tuhan melukis wajah tampan sialanmu itu!" gerutunya dengan wajah menahan kesal. Sedangkan Leon kembali merespon dengan tawa manisnya. Benar-benar mengesalkan.

"Aku penasaran ibumu mengidam apa saat mengandung anak seperti kau, Zay," celetuk Gio dengan tatapan tajam terhadap Zayan. Bukan karena ia menganggu Leon. Memangnya Gio gay, apa? Lelaki berambut biru malam ini hanya terganggu dengan suara berisik yang diciptakan oleh pita suara Zayan. Ya, pasti karena hal itu. Tidak ada alasan khusus lainnya. Tentu saja tidak ada.

"Kenapa kau ingin tahu? Kau ingin beradu mengidam denganku?" balas Zayan melenceng, seperti seorang petualang yang kehilangan otaknya di tengah jalan.

Gio memandang Zayan dengan skeptis. "Tolong jangan bicara denganku lagi. Aku tidak ingin otakku tercemar olehmu."

Mengabaikan hinaan Gio, Zayan beralih menatap Leon dengan mata dipenuhi harapan seperti seluruh hidupnya ia dedikasikan di sana.

"A-apa?" respon Leon yang merasakan hawa-hawa tidak enak. Ia sudah menduga dalam pikirannya bahwa Zayan akan kembali meminta bantuan atas masalah yang ia ciptakan sendiri. Dasar bocah nakal.

"Kau serius tidak mendengarkan aku barusan? Sebenarnya apa yang kau pikirkan sedari tadi, Leon?"

Leon tersenyum hambar sembari menggosok tengkuknya yang tidak gatal. "Err … itu hanya masalah pelajaran saja," elak remaja tampan itu sekenanya.

Zayan menghela napas panjang. "Baiklah akan aku singkat saja. Aku kalah taruhan bersama Keanu and the geng. Maaf. Jadi, aku disuruh menembak dengan memberikan ini pada gadis aneh di sana." Zayan menunjukkan sebuah kertas bertuliskan 'Jadilah kekasih hatiku' dan mengarahkan ujungnya pada sebuah bangku yang biasa di duduki oleh siswi aneh di kelas mereka.

Leon mengikuti arah tunjukkan Zayan. "Si Suram?" tanyanya refleks.

Apa ini kebetulan? Kenapa harus gadis itu? Si Suram yang sempat mengambil waktu seorang Leon hanya untuk memikirkannya. Lucu sekali apa yang orang sebut dengan takdir.

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang