Ada yang lebih mengerikan dari pada kematian, yaitu ditinggalkan sendirian.
-Ardelle Chastine Garneta-
“Jason ….” Leon mendekati objek ketiga yang ia lihat dari kejauhan tadi. Kini sang kepala pelayan tersebut sudah tidak bernyawa dengan wajah mengerikan. Mata terbelalak dan mulut menganga seakan minta pertolongan.
Tidak sampai di situ kawan, tubuh Jason terbelah jadi dua. Bagian atasnya sampai pinggang telah terpisah dengan bagian kakinya. Usus-usus yang keluar dan genangan darah yang membuat bagian tubuh itu seakan tetap menyatu.
Tidak. Tidak boleh. Leon harus mematikan segala macam emosinya, dia tidak boleh terperangkap dalam permainan perasaan yang konyol seperti itu lagi.
Secepat mungkin Leon mengembalikan ekspresi wajah dan mendongak. Menatap dua orang di hadapannya yang sedang adu kekuatan.
“Jadi … dia ini siapa?” Leon berdiri di samping Chastine, siap dengan sebilah pisau kecil lengkap dengan ganggang berwarna perak di tangan.
Kondisi Chastine saat ini tidaklah baik-baik saja, tangan kirinya terpelintir—mungkin sudah patah. Sepasang kakinya dipenuhi luka. Kepala Chastine masih terus meneteskan darah segar, dan terakhir, perempuan bermata hitam ini pakaiannya sudah compang camping dengan punggung yang tampak dipenuhi goresan benda tajam.
Leon tahu pria bertubuh tinggi besar di hadapan mereka sekarang bukanlah sembarang orang. Dia bermodalkan pisau dapur saja, dengan pakaian serba hitam yang sedikit kusut dan sobek dibeberapa bagian—pasti ulah Chastine.
“Len,” jawab Chastine di tengah napas yang memburu. “Dia adalah pelindung dari pemimpin The Green Eyes sekarang,” imbuhnya lagi.
Pantas saja. Leon membalas tatapan kosong pria di sana. Tidak terlihat emosi apa-apa selain nafsu membunuh yang jelas terasa menguar-nguar dari tubuh Len.
“Leon mundur. Biar aku saja, dia berbahaya.” Chastine melesat, mendekati Len dengan pisau kecil di tangan. Ia memutar tubuh ketika Len ikut maju dan mengayunkan pisau dapur tadi ke arahnya. Chastine berhasil menghindar dan sudah berada di belakang Len, tidak ingin kehilangan kesempatan, ia menendang keras punggung Len tapi sayangnya kurang akurat, karena Len dengan secepat kilat berbalik—seolah dapat membaca pergerakan Chastine—dan menahan kaki perempuan itu. Sedetik kemudian, tubuh Chastine sudah terpental sejauh beberapa meter karena Len lempar.
Bukan main. Bahkan Leon yang tidak berkedip hampir kesulitan melihat pergerakan dua orang tadi, sangat cepat, gesit, dan mematikan. Belum sempat memikirkan harus apa, tiba-tiba Len sudah berada tepat di depan wajahnya.
Se-sejak kapan?!!
Gerak reflek Leon yang menjatuhkan tubuh ke belakang berhasil menghindari sabetan pisau itu sehingga leher Leon bisa selamat. Len tidak menyerah, ia mengayunkan lagi pisaunya ke arah Leon yang terbaring di bawah, tapi pemuda ini juga cukup gesit, menendang tangan Len dan menggulingkan tubuh untuk menjauh dan bangkit berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN || Mental Game
Mystery / Thriller[COMPLETE] WARNING! Bagi yang masih di bawah umur tidak dianjurkan membaca ini.) Ketika mental dan psikologis manusia dijadikan mainan semata. Sisi gelap dari dunia dengan pertumpahan emosi serta keringat berdarah. Di mana membunuh atau dibunuh menj...