3. Rencana Sempurna

1K 215 183
                                    

Manusia itu mengerikan, mereka akan membenarkan kesalahannya lalu memaksa memandang dari sudut pandang mereka, kemudian kita harus mengerti.
-Leonick Agnelo-

Mari kita bahas pemeran utama kita, Leonick Agnelo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari kita bahas pemeran utama kita, Leonick Agnelo. Dengan wajah di atas rata-rata, alis tebal yang tergaris tegas, hidung mancung dengan lubang yang kecil, rahang tegap seirama dengan lekukan dagu yang ditambah serasi dengan bibir tipisnya, nampak sangat gagah berpadu dengan postur tubuh yang atletis. Kemudian yang menjadi daya tarik khasnya adalah mata. Mata hijau yang hanya dimiliki oleh 1-2% populasi di dunia ini. Menambah kesan misterius karena ia seperti memiliki pribadi yang ganda. Atau memanh demikian faktanya.

Chastine, si Suram yang berhasil menarik perhatian Leon akhir-akhir ini, menatap heran bercampur rasa tidak percaya, pasalnya lelaki itu sengaja menemuinya di sebuah perpustakaan terbengkalai alias sepi pengunjung di sudut tertinggi gedung kelas mereka.

"Kenapa?" Leon berhasil menebak isi pikiran Chastine. Tentu saja, siapapun bisa menebak hal tersebut sebenarnya, bukan?

Bersedekap, Leon mengambil dua langkah-ah tidak, dua setengah langkah untuk lebih dekat dengan Chastine. "Jujur saja. Tatapanmu itu mengangguku, bagaimana bisa kau pikir aku tidak menyadarinya?" tajam Leon.

Gadis di hadapannya itupun sempat menjatuhkan buku lalu secepat mungkin menyusunnya kembali ke rak. Sebuah reaksi kaget yang cukup membuat Leon keheranan. Chastine masih bergeming. Tidak membalas perkataan Leon barang sedikit pun.

Sedangkan Leon kembali menatap Chastine dari bawah sampai ke atas. Bertanya-tanya kenapa nyali gadis ini menciut. Namun, ini semua sesuai dengan perhitungannya.

"Hei." Leon tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke Chastine. Memberikan senyuman terbaiknya. "Jika kau merasa bersalah, mari buat kesepakatan denganku. Aku jamin, kau juga tidak akan dirugikan."

Chastine nampak semakin menunduk menyembunyikan wajah. Apa mungkin wajah itu buruk rupa seperti ogre atau makhluk jelek lainnya? Batin Leon. Ia bahkan dapat melihat dengan jelas ketakutan yang dipancarkan Chastine. Gadis itu kini tengah menautkan jari-jemarinya dengan gelisah. Apa dia ketakutan karena tertangkap basah? Masa?

Alis Leon terangkat sebelah. Benar-benar gadis yang aneh. "Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan menerkammu," celotehnya asal keluar.

Mengulurkan tangan, Leon kembali mendekati Chastine. Kali ini dengan langkah penuh kehati-hatian. "Bekerjasamalah denganku." Leon tersenyum lembut. "Ardelle Chastine Garneta."

Chastine tersentak. Sepertinya ia tidak pernah menduga bahwa kehadirannya akan disadari oleh Leon. Ia juga tidak menyangka lelaki ini mengetahui namanya, dengan lengkap pula. Namun, diam-diam gadis itu tersenyum. Ia merasakan euphoria di dalam hatinya.

"Matahariku … mendekatiku. Aku siap mati demimu," gumamnya yang hanya terdengar seperti bisik-bisik mantra ala dukun gadungan bagi Leon.

"Nah, sekarang, bantu aku menjalankan sebuah misi."

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang